Dua lapis pertahanan ruang interogasi berhasil dijebol oleh sang pria misterius tanpa sedikit pun kepayahan. Ia kemudian mengambil pistol mitraliur milik salah satu polisi taktis yang sudah tewas tak berdaya dan memunculkan setengah badannya di depan pintu. Ia merunduk dan membidik ke arah kiri, ke arah dimana ruang pengamatan interogasi berada.
Dari tempat sang pria merunduk, tampak jelas beberapa orang berlari tunggang-langgang menjauhi ruangan interogasi. Tubuh mereka tersorot cahaya lampu darurat yang menggantung setiap beberapa meter di permukaan dinding, sehingga wujud mereka pun dapat terindera dengan baik.
"RATATATA!" Tak lama berselang, sang pria segera memuntahkan tembakan kepada setiap orang yang terlihat oleh kedua matanya. Lima hingga tujuh orang langsung rubuh tak berdaya, menggelepar luruh di atas ubin dengan badan penuh lubang. Sementara itu, tiga orang lainnya berhasil melarikan diri, diantaranya adalah Jenderal Yusuf dan ajudannya serta seorang polisi berpakaian sipil.
Sang pria tak lantas mengejar targetnya. Ia membuang pistol mitraliurnya dan kembali menghampiri jasad salah satu polisi taktis yang tewas. Kali ini ia merampas sebuah granatflashbang dan sebuah pistol semi-otomatis. Ia tak banyak bergaya seperti di film Hollywood, sesaat setelahnya ia langsung berjalan keluar ruangan, ke arah yang berlawanan dengan rute pelarian Jenderal Yusuf. Langkahnya begitu santai, ia sama sekali tak tampak tegang.
"DRAP! DRAP! DRAP!" Tak jauh dari tempat sang pria berpijak, terdengar derap langkah nan tegas bergerak mendekat. Suaranya datang dari persimpangan lorong. Sang pria menduga ada empat hingga lima orang polisi taktis yang siap memberondongnya dengan senapan mitraliur. Tetapi ia tak gentar, malah berjalan mendekati sumber suara.
"CLANK!" Pria misterius tersebut segera mencabut pin pengunci pada granat flashbang-nya. Ia mengambil dua hingga tiga langkah mendekati persimpangan lorong, lalu melemparkan granatnya ke arah datangnya suara.
"Ha?" Terdengar salah seorang polisi kebingungan sesaat setelah granat flashbangmendarat tepat di hadapannya. Minimnya cahaya di dalam safe house membuat para polisi tak mampu menggunakan indera penglihatan mereka dengan baik, mereka pun terdiam sejenak mendapati benda semacam kaleng minuman tiba-tiba melintang di depan rute penyisiran mereka.
"Aw, keparat! Flashbang!" Tak lama kemudian, salah seorang polisi yang lain menyadari keberadaan benda yang dilemparkan oleh sang buronan dari persimpangan lorong.
"BLEDAR!" Tetapi para polisi tersebut tampaknya tak seberapa beruntung, granatflashbang tersebut sudah lebih dahulu meledak sebelum mereka sempat melakukan antisipasi. Mereka pun melenguh kesakitan. Telinga mereka hampir pekak dan pandangan mereka hampir buta tersentak oleh ledakan yang terlalu dekat.
Momen lengah tersebut segera dimanfaatkan oleh sang buronan misterius. Ia muncul dari persimpangan lorong dan berjalan cepat mendekati lima orang polisi taktis yang lumpuh oleh ledakan flashbang. "KA-BLAM! KA-BLAM!" Dua orang polisi pertama langsung menjadi korban, sang pria meledakkan kepala keduanya dari jarak yang sangat dekat.
Pria tersebut segera beralih kepada polisi ketiga yang berdiri tepat di belakang dua polisi pertama. "KA-BLAM!" Sang pria menarik pelatuknya kembali, tembakannya berhasil melubangi paha sang polisi. "KA-BLAM!" Belum sempat sang polisi melenguh atau menjerit, sang pria segera menempelkan moncong pistolnya di wajah sang polisi dan menarik pelatuknya tanpa secuil pun keraguan.