"Brengsek! Kenapa momen-momen seperti ini harus muncul disaat terakhir!? Kuharap Densus AT-13 mampu melumatkannya. Ada satu peleton Densus AT-13 di dalam safe house ini 'kan?"
"Kabarnya demikian, pak. Tetapi aku tak begitu yakin--"
"JDAK!"
Tak sempat sang ajudan menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba situasi kembali menegang. Seorang pria sontak muncul dari persimpangan lorong dan menendang pergelangan tangan sang ajudan. Pistol pun terlepas dari genggaman sang ajudan. Kini para polisi yang berencana kabur tersebut bisa melihat dengan jelas siapa yang mereka hadapi di depan mata, termasuk Jenderal Yusuf.
Benar, ia adalah sang buronan yang semula diborgol di ruangan interogasi.
Setelah sang ajudan lengah, pria dengan wajah penuh lebam tersebut lantas menghampiri polisi berpakaian sipil yang berdiri di sisi kiri Jenderal Yusuf. Pengawal darurat, tampaknya. Pengawal dadakan tersebut berupaya melakukan perlawanan, ia mencoba mengarahkan moncong pistolnya kepada sang buronan.
Namun sayang, ia kalah cepat.
Sang pria buronan segera menggenggam tangan sang pengawal dan menyikut wajah Jenderal Yusuf hingga tersungkur di atas ubin. Sesaat kemudian, ia segera memelintir tangan sang pengawal ke arah sang ajudan. "KA-BLAM!" Sembari melakukan kuncian, sang pria segera menekan pelatuk pistol yang masih ada pada genggaman sang pengawal. Peluru pun melesat dan bersarang tepat di dada kiri sang ajudan.
Tangan kanan Jenderal Yusuf itu pun rubuh, sementara sang pria segera melanjutkan serangannya kepada si pengawal dadakan. Ia menyikut sang pengawal, melucuti pistolnya, dan menghantam kemaluannya dengan sebuah tendangan. Terakhir, ia mengunci kepala sang pengawal di bawah ketiaknya dan "KRAK!" Lagi-lagi ia mematahkan leher lawannya hingga tewas.
Pertarungan belum usai. Sang ajudan menolak kalah, ia bangkit untuk melawan. Dengan dada berlubang dan napas yang terengah-engah, ia mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dan langsung menghujamkannya kepada sang pria. Sayangnya luput. Sang pria mampu menghindari serangan dengan gesit, kemudian meraih pergelangan tangan sang ajudan. "SYAAASH!" Sang pria segera memelintir tangan sang ajudan dan tanpa diduga-duga, kunciannya malah membuat mata pisau menyayat leher si pemiliknya sendiri. Senjata makan tuan.
Sang ajudan pun akhirnya tewas dengan dada dan leher berlumur darah. Ia tersungkur luruh dan membanjiri ubin dengan cairan kental berwarna merah pekat.