Namun tampaknya keterkejutan tersebut tak berlaku untuk semua orang. Pria buronan yang sedari tadi duduk manis di ruangan interogasi sontak melompat ke atas meja dan menghentakkan kakinya ke wajah si kepala investigator. "ZBUK!" Serangan tak berhasil diantisipasi, sang pimpinan interogasi itu pun tersungkur tak berdaya.
Sang pria lantas beralih kepada dua polisi berpakaian sipil yang sempat memukulinya. Dengan gerakan secepat kilat, ia menghantam titik-titik vital kedua polisi tersebut secara bersamaan. Keduanya lengah tak berdaya, luruh dalam sekejap mata. Sang pria lantas menyambar sisi leher polisi pertama dengan dua pukulan palm hand, lalu menarik tengkuk sang polisi hingga kepalanya menumbuk meja interogasi. Sang polisi rubuh. Entah pingsan, entah tewas.
Polisi kedua, nasibnya tak jauh berbeda dengan polisi pertama. Sang pria segera menghampirinya lalu menghajarnya dengan dua tendangan; satu ke arah kemaluan, satu lagi ke arah kepala. Sang polisi pun terhuyung.
Kesempatan. Sang pria segera membumbui serangannya dengan sebuah sikutan ke arah rahang dan sebuah tendangan ke arah tulang kering. Polisi yang semula gagah berani memukuli sang pria itu pun terjatuh melutut begitu sebuah tendangan menyentak kakinya. Sang pria lantas meraih kepala si polisi dengan kedua tangannya dan "KRAAAK!" Ia segera mematahkan leher sang polisi dengan brutal.
Terakhir, sang pria meraih kursi aluminium yang tergeletak di atas lantai dan meletakkan salah satu kaki kursi tersebut tepat di atas leher si kepala investigator. "JRAAAK!" Ia lantas menyentak dudukan kursi dengan telapak tangannya dan kaki kursi pun sukses menembus leher si kepala interogator. Tewas seketika.
"BIIIP!" Tak lama kemudian, pintu masuk ruangan interogasi yang dikunci oleh kode-kode komputer pun terbuka, padahal sedang mati listrik.
Pantas saja, rupanya dua orang polisi taktis yang berjaga di depan pintu berhasil meretasnya dengan smartphone yang mereka miliki. Itu adalah prosedur standar jika terjadi kegagalan pada sistem kelistrikan safe house.
Dua polisi berpakaian serba hitam yang disinyalir sebagai anggota Densus AT-13 itu pun merangsek masuk seraya menodongkan senapan kecil mereka ke dalam ruangan interogasi. Akan tetapi, belum sempat keduanya mengecek ke sudut ruangan, sang pria buronan tiba-tiba muncul dari arah samping dan menggenggam senapan salah seorang polisi. Sang pria lantas menyentak leher sang polisi dengan telapak tangannya dan menendang kemaluan sang polisi dengan lututnya. Sang polisi lengah, pria buronan tersebut segera membantingnya hingga tersungkur dramatis ke atas ubin.
Polisi taktis kedua tampaknya juga tak mampu berbuat banyak. Ia diperlakukan sama seperti temannya, hanya saja akhirnya lebih fatal. Sang buronan menutup serangannya dengan merenggut pisau komando dari pinggul sang polisi, lalu menghujamkannya tepat di jantung sang polisi. Kesadaran sang polisi pun hilang secara berangsur-angsur.
Setelah sukses melumpuhkan polisi taktis kedua, sang pria segera menarik pisaunya kembali, kemudian melemparkannya kepada polisi taktis pertama yang masih berbaring luruh di atas ubin. "JRAASSH!" Pisau tersebut melesat hebat dan tertancap tepat di wajah sang polisi. Tewas.