Saat penulis sedang iseng skroling akun sosial media, tiba tiba aktifitas jemari penulis terhenti pada sebuah postingan reel yang menampilkan potongan video Mendikbud , Prof Abdul Mu'ti tentang guru yang bahagia. Menurut beliau ada dua syarat agar guru bisa berbahagia yakni cinta murid dan cinta ilmu.Â
Lalu bagaimana dengan kesejahteraan guru berupa tunjangan? Apakah itu juga penting untuk kebahagiaan seorang guru dalam menjalani profesinya? Atau ada sisi lain yang lebih penting untuk diusahakan seorang guru agar menjadi guru yang bahagia.
Dalam kesempatan kali ini penulis tidak ingin membahas tentang besarnya penghasilan seorang guru, karena hal ini bisa menimbulkan perdebatan yang panjang. Penulis ingin membahas kebahagiaan dari sisi kepuasan hati seorang guru dalam memenuhi amanah yang sudah dia pilih.Â
A. Makna Bahagia
Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahagia memiliki makna keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan); keberuntungan; kemujuran. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan kondisi emosional yang positif, penuh rasa puas, damai, dan nyaman.
Makna bahagia menurut para ahli psikologi dapat bervariasi tergantung pada pendekatan atau teori yang digunakan. Berikut adalah beberapa pandangan dari para ahli psikologi:
1. Martin Seligman (Teori Kebahagiaan Otentik)
Kebahagiaan terdiri atas tiga elemen utama: Pleasure (kesenangan), Engagement (keterlibatan), dan Meaning (makna).
Menurut Seligman, kebahagiaan otentik dicapai ketika seseorang tidak hanya merasakan emosi positif, tetapi juga menemukan keterlibatan mendalam dalam aktivitas dan makna hidup.
2. Ed Diener (Subjective Well-Being)