Saya suka penggalan lirik lagu "Rumah Kita" dari God bless di atas.Â
Begitu renyah saat dinikmati bersama seruputan kopi pahit dan berkudap local food, rebusan ubi.
Idealisme yang dihantarkan kental merapal home sweet home sebagai basis homeostasis (keseimbangan) ekosistem dan penghuninya.
Lagu tersebut jelas bergenre ekokritik dengan variabel homeostasis ekosistem yang rinci dan jelas, seperti: bilik bambu, tanpa hiasan, tanpa lukisan, beratap jerami, beralaskan tanah, hanya alang-alang pagar rumah, dan seterusnya.Â
Penggalan lirik di atas adalah bentuk ideal homeostasis rumahan pada ekosistem yang belum mendapatkan disrupsi teknologi secara besar-besaran.Â
Semua variabel homeostasis di atas dapat menjadi acuan asesmen daur hidup rumahan sebagai turunan dari LCA (Life Cycle Assessment) yang kesohor itu.
Asesmen ini dapat digunakan sebagai metode penilaian dampak lingkungan terhadap jejak karbon.
Saya tertarik untuk merefleksikan LCA yang rumit tersebut ke dalam bentuk sederhana.
Nantinya juga mudah dilakukan di rumah-rumah hunian tanpa sadis mengebiri hasil budi dan daya kekiniaan, seperti: tembok, pagar besi, lantai keramik dan atap metal.
Kenapa demikian? Pada dasarnya, semua aktivitas natural yang ada di alam ataupun aktivitas fisik yang dilakukan manusia, pasti menghasilkan jejak karbon.
Emisi tersebut dilepaskan ke alam sebagai proses dan siklus homeostasis alami jika saja tidak terganggu ambang batasnya.