2. Fase Kedua
Setelah "ikon " neraka terbentuk maka selanjutnya proses pembentukan indeks (index) yang tercermin pada pemberian makna lafaz angkalan wa jahiman (belenggu dan api yang menyala-nyala) sesuai dengan kelas katanya.
3. Fase Ketiga
Fase terakhir adalah simbolisasi. Ketika perwakilan "torturing" merupakan kesepakatan untuk simbol benda yaitu "angkalan" (belenggu) dan "jahiman" (api yang menyala-nyala) sebagai simbol siksa.Â
Gramatikal
1. Inna (sesungguhnya), merupakan harfun musyabbaha bil fa'il.
2. Ladaina (di sisi kami), merupakan isim keterangan tempat yang diikuti kata ganti kepemilikan "kami" yang merupakan dhorof muta'alaqoh.
3. Ankalan (belenggu-belenggu), merupakan isim (kata benda)
4. Wajahiman (dan api yang menyala-nyala), merupakan isim (kata benda) yang mengandung penekanan pada arti pada "api".
Tafsir
1. Frasa kata dengan "wawu athof" pada lafaz angkalan (belenggu) dan jahiman (api yang menyala-nyala) pada al Muzzammil ayat 12 ini merupakan simbolisasi dari neraka yang terekstrak dalam proses semiotika yang melibatkan penetapan ikonik, indeksitas dan terakhir adalah simbolisasi.
2. Penyederhanaan proses semiotika frasa ankalan wa jahiman untuk dijadikan simbolisasi siksa neraka (hell torturing) merupakan adaptasi dari hal-hal yang ada di sekitar kita (al urf) atau adat budaya penyiksaan pada waktu itu (torturing device).