Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Berkalang Rabbaniyah dan Rahbaniyah

17 Mei 2020   19:49 Diperbarui: 17 Mei 2020   19:52 2746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Madinah Al-Munawarah (Dok. Pribadi)

Ramadan memberikan dua pelajaran utama yang sangat berharga bagi hidup yaitu rabbaniyah (ketuhanan) dan rahbaniyah (kerahiban). Dua kata berbahasa Arab ini sekilas hampir sama. Namun, sangatlah berbeda artinya. 

Sisi rabbaniyah mengajarkan bahwa Ramadan itu suci, bulan dengan keutamaan Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar. Sisi rabbaniyah menyoal bagaimana ketaatan penghambaan makhluk kepada penciptanya. Satu di antaranya adalah melaksanakan ibadah puasa di Bulan Ramadan. 

Sedang di sisi rahbaniyah, Ramadan mengajarkan tentang kerahiban dalam artian perjuangan untuk penyucian diri bak seorang rahib di masa lalu. Puasa adalah ibadah universal. Di setiap agama ada ritual puasa.

Kalau melihat sejarah tentang kerahiban atau rahbaniyah, diingatkan oleh kisah-kisah kerahiban Bunda Maria atau Maryam binti Imran, ibundanya Nabi Isa As. Dia adalah wanita saleh yang karakternya dibangun oleh kerahiban yang berupa ibadah puasa.

"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia." (QS Ali-Imron : 42)

Ibadah puasa yang konsisten dan berdisiplin tinggi, menghasilkan jiwa-jiwa suci seperti yang dimiliki oleh Maryam binti Imran ini. Rahbaniyah atau kerahiban yang dilakukan oleh Maryam binti Imran ini membuatnya berkesempatan menikmati hidangan dari langit.

"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." (Ali Imran 37).

Nilai rabbaniyah atau ketuhanan lainnya dari Ramadan adalah tentang sikap kasih sayang yang terwujud dalam toleransi. Ramadan mengajarkan untuk bersikap sabar dan lembut. Kedua sikap ini sangat penting dalam membangun ketangguhan toleransi.

Ramadan mengajari untuk tidak bersikap radikal. Ramadan mengajari untuk tidak berebut klaim firqotun najiyah atau golongan yang paling sempurna atau golongan yang selamat. Klaim firqotun najiyah yang diperebutkan antar kelompok adalah menyulut utama radikalisme.

Dan juga dilarang memaksa sebuah amalan mahdzab satu ke mahdzab lain, serta tidak memaksa berjalannya sebuah ikhtilafiyah (perbedaan) dan wilayah furu'iyah (cabang) lainnya.

"Tidak ada paksaan dalam agama, karena sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat." (Al Baqarah 256).

Ada pembatas ekstrem yang diwakili oleh "laa nafi' lil jinsi" (pembatas total) pada lafaz "Laa ikrooha fiddiin". Artinya benar-benar 100% tidak boleh ada paksaan.

Kemudian dikuatkan lagi dengan lafaz "qod" yang bertemu dengan fi'il madhi hingga berfungsi sebagai tahqiq (bermakna benar-benar/sungguh) untuk menguatkan negasi total pada lafaz "laa ikrooha fiddin".

Dengan begitu, seharusnya sadar, bahwa adanya perbedaan agama dan firqoh adalah tanggungjawab moral pribadi masing-masing yang telah menentukan pilihannya sendiri. Bukan untuk dipertentangkan.

Legawa saat melihat kelompok Sunni yang lahir dari lingkungan dan rahim assabiqunal awwalun yang tenang. Legawa saat melihat kelompok Syiah yang lahir dari lingkungan dan keadaan politik yang anarkis legalis pada waktu itu. Legawa melihat Khawarij yang lahir dari lingkungan yang kepastian hukumnya tidak tangguh pada saat itu. Legawa melihat Mu'tazilah yang lahir dari lingkungan perkembangan ilmu kalam yang pesat.

Jika semua legawa, maka lingkungan yang menjadi roh masing masing firqoh atau kelompok, akan berjalan damai dan beriringan. 

Toleransi yang dibangun oleh spirit rabbaniyah (ketuhanan) dengan sifat kasih sayangnya diajarkan sejak dulu era sahabat. Seperti peristiwa ketika Umar bin Khattab mengikat dan menyeret Hisyam bin Hakim karena membaca surah Al -Furqon dengan gaya dan logat kedaerahan yang agak asing di telinga Umar bin Khattab, maka Rasulullah Saw menyelesaikan dengan jawaban yang sangat menjunjung tinggi toleransi kearifan lokal yang ada:"Demikian surah itu diturunkan". Beliau melanjutkan, "Al-Qur'an itu diturunkan dalam tujuh huruf (tujuh logat) karena itu mana yang mudah bagimu dari Al-Qur'an".

Kalau kita keras hati tanpa ada pendahuluan ilmu, hanya mengandalkan katanya ini dan katanya itu, bisa-bisa langsung memenggal kepala siapa saja yang berbeda dengan kita.

Itulah sebagian nilai rabbaniyah dan rahbaniyah yang diajarkan oleh Ramadan Karim. Sebagai penutup inilah sebuah puisiku tentang toleransi.

Luruh 

Masih kuat bergenggam, selalu tengok pijakan, dari ulur tali ini, bihablillaahi jami'ah.
Masih bisep kuat bertopang, selalu mendongak dan adakah retak cadas?
Tuk sekedar bergantung, sesama hal beri salah, selalu tengok hujjah dari laga aqidah.

Adakah retak ukhuwah? Satukan dia, ber-islah.
Jika cadas bergeliat, pukul remukkan saja.
Kita jatuh bersama, atau kudapatkan cadas baru.

Kedamaian dan bergandalah toleransi, hadiah dari ar Rahmanur Rahim.
Sebagaimana sabda Abal Qossim.
Setelah puncak pastilah turun. 

Hingga berjurang dan kembali berjuang.

Bukankah amanah debu Hudaibiyyah yang dijunjung?
Jangan angkara bertopeng khilafah.
Untuk kalbu yang belum dihajar pedih hidup.
Nadi nadi yang belum diremukredamkan alam.
Tutuplah segala dengan maaf.

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan, tetap semangat hingga akhir!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun