Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Santun Kata

5 Mei 2020   17:39 Diperbarui: 5 Mei 2020   17:33 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayat-ayat pilihan Ramadan Bagian-15

Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (Al Baqarah 103)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): Raa'ina, tetapi katakanlah: Unzhurna, dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.  (Al Baqarah 104)

Santun kata (qaulan karimah) itu bukan saja lemah lembut di intonasi dan artikulasinya. Namun, santun kata juga meliputi nilai kebenaran (qaulan syadidah) ujaran yang diucap. Intonasi dan artikulasi bisa saja lemah lembut, namun jika ujaran yang diucapkan bernilai negatif, maka tidak bisa disebut dengan santun. 

Dua ayat ini menerangkan tentang adab berujar atau berucap. Sedang sasaran bahasa target yang dihantarkan sesuai dengan lingua franca masing-masing. Artinya, setiap daerah mempunyai bahasa gumamnya masing-masing yangt berbeda satu sama lainnya.

Santun kata sangatlah penting dalam membangun kehidupan sosial yang harmonis. Apalagi dalam hal berdakwah, wajib untuk menghantarkan bahan dakwah ke obyek dakwah (mad'u) dengan seksama serta memperhatikan cara-cara yang halus penuh hikmah. Cara dakwah ini biasa disebut dengan bil hikmah.

Perkataan yang santun makin memikat dakwah Anda. Selain santun dan sopan juga harus tetap lembut intonasinya atau "qoulan Layyinan". Teladan berlembut kata ini  seperti yang diamanatkan surah Thaha ayat 43-44 .  Ayat tersebut secara harfiyah berarti komunikasi yang lemah lembut (Layyin). 

Karena Al-Qur'an berbasis bahasa Arab, maka ujaran inhibisi (yang dilarang) saat itu antara lain ujaran (gumam) yang berbahasa Arab seperti pada pada lafaz :"Raa'ina" (bodoh amat). Ini adalah bahasa gumam yang harus dihindari. 

Kemudian, lafaz yang negatif tersebut diganti menjadi "undzurna" dan "wasmaa'u". Untuk mengingatnya, sebut saja SWAT untuk ujaran (Sami'na Wa ATho'na)/Kami dengar dan kami ta'ati) dan SWAS untuk ujaran (Sami'na Wa AShoinah)/Kami dengar dan kami langgar. Agar dengan mudah mengingat serta melawan lupa tentang historis ujaran-ujaran negatif yang pernah diceritakan Al-Quran seperti ujaran pada al Baqarah 104 ini. 

Kesimpulannya, perkataan haruslah bersifat : qaulan sadida, (benar/tidak berisi hoax), qaulan baligha (lugas/tidak bertele-tele), qaulan ma'rufa (baik), qaulan karimah (sopan), qaulan layinan (lembut), dan qaulan maysura (mudah dicerna). 

Gramatikal

1. Walau (Dan seandainya), merupakan gabungan antara harfun wawu athof (konjungsi/ conjuction/penghubung ataupun bisa sebagai harfun wawu isti'nafiyah/' ibtidaiyah/permulaan) pada lafaz "waa" dan isim syarat pada lafaz "lau".

2. Annahum aamanuu (mereka beriman), merupakan kata kerja bentuk lampau (fi'il madhi)

3. Wattaquumasaubatan (dan bertaqwa niscaya mereka akan mendapatkan pahala), merupakan gabungan antara athof lafaz "amanuu" pada wattaqu jawabul lafaz "lau" pada lafaz "masaubatan"dan lamatsubatan,sebagai jawabu law.

4. Indzillaahi (dari sisi Allah), merupakan susunan jar wa majrur.

5. Khairu laukanu ya'lamun (adalah lebih baik jika mereka mengetahui), merupakan gabungan antara khobar pada lafaz khairu dan isim syarat, isim kaana dan fi'iil wa faa'il pada lafadz "laukanu ya'lamun".

6. Yaa ayyuhalladzina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman),  merupakan gabungan antara harfun nida' (kata seru untuk memanggil/interjection/interjeksi) bagi munada' (yang dipanggil) yang berjarak jauh dengan lafaz "yaa", pada munada' (orang yang dipanggil)
pada lafaz "ayyuhalladzina aamanuu", kemudian badal (pengganti) lafaz "ayyuha" pada lafaz "alladzi" serta faa'il (subyek pelaku) dan fi'il (kata kerja) pada lafaz "aamaanu".

7. Laa taquuluu (jangan berkata), merupakan bagian dari harfun nafiyah pada lafaz "Laa". Fi'il mudhori (kata kerja bentuk lampau) pada lafaz "taquuluu".

8. Raa'ina Aquuluundurna (berkata raa'inaa namun katakan undlurna), merupakan gabungan antara kata kerja perintah atau fi'il amr pada lafaz "raaina". Athof (penghubung) lafaz "taquuluu" pada lafaz"aquuluundurna".

9. Wasma'uu (dan dengarkan), merupakan gabungan antara harfun wawu athof (penghubung/ konjungsi/conjuction) pada lafadz "wa", ma'tufah serta maf'ul bih.

10. Walilkafirina (dan bagi orang kafir), merupakan gabungan antara harfun wawu isti'nafiyah (pembuka) pada lafaz "wa" dan usunan jar wal majrur pada lafaz "lil kafirina".

11. 'Adzabul aliim (siksa yang pedih), merupakan gabungan antara : mubtada' pada lafaz 'adzabul dan na'at pada lafaz adzab dan 'aaliim.

Tafsir

1. "Raa'ina" adalah ujaran gumam (muttering) yang berarti "bodoh amat".
2. "Raa'ina" mempunyai roh berujar yang hampir sama dengan SWAS (Sami'na Wa AShoinah)/Kami dengar dan kami langgar.
3. Paradoksal "raa'ina" adalah SWAT (Sami'na Wa ATho'na)/Kami dengar dan kami ta'ati.
4. Ujaran gumam berkembang sesuai tensi dan barometer bahasa setempat.5. Prinsip SWAT (Sami'na Wa ATho'na) adalah prinsip melaksanakan perintah yang berbasis jawaban verbal yang bersifat : qaulan sadida, (benar/tidak berisi hoax) qaulan baligha (lugas/tidak bertele-tele), qaulan ma'rufa (baik), qaulan karima (sopan), qaulan layinan (lembut), dan qaulan maysura (mudah dicerna).

Referensi:

PP. Alhasyim, Irab al Quran
Corpus Quran,   Quranic Grammar
Al-Islam.org, Humility and Politenes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun