Nuzul yang haq ini akan mendapat perlawanan dari para penghijab kebenaran yang terwakili pada lafadz "wainnallladzinahtalafu fil kitaabi lafi syiqooqin baa'id " ( dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).
Shibghotullah
Untuk itulah mari kita fokus pada makna keseluruhan ayat yang mengajak kita untuk membuat personal branding dalam melawan atau paling tidak kita bukan termasuk orang yang menyelisih al Kitab. Personal branding ini yang bahasa al Qur'annya adalah telah mendapatkan "celupan Allah" (Shibghotullah).
Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah (Al Baqarah 138). Sebuah bentuk personal branding yang tiada bandingnya. Personal branding (Shibghotullah) ini akan memberikan paling tidak kesan sebagai identitas diri dalam melawan tiga komponen hijab kebenaran yang telah disebut dalam ayat sebelumnya (Al Baqarah 175) yang terdiri atas :
1. Membeli kesesatan dengan kebenaran (isytarowudhdholalata bil huda)
2. Membeli siksaan dengan ampunan (adzaaba bil maghfiroh) ashbarohum 'alannaar
3. Menantang api neraka ( ashbarohum 'alannaar)
Kemudian ketambahan satu lagi menurut ayat ini (Al Baqarah 176) yaitu :
4. Menyelisih kitab (ahtalafu fil kitaabi)
Dalam konteks yang lebih jelas pada personal branding (shibghotullah) adalah semisal kompetisi dalam pemahaman Al-Qur'an (baca: fastabiq al khairat) hingga tidak ada lagi ruang untuk menyelisih nuzul yang haq (Al Qur'an) tersebut.
Ada dua kekuatan (aqliyah dan nafsiyah) yang akan membentuk personal branding seorang muslim yang unik. Kemudian dapat kita tambahkan dengan satu komponen lagi sebagai penguat dua unsur tersebut yaitu, survive yang secara konsisten dapat terus diasah untuk mempertajam personal branding tersebut. Maka dengan begitu insyaAllah kita akan menjadi seorang muslim yang benar-benar beda dengan personal branding yang khas.
Gramatikal
Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran). Al Baqarah 176