Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keadilan Praksis

29 April 2020   19:56 Diperbarui: 29 April 2020   20:10 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun semakin kuat bayangan Jin Ifrit, membentuk kumpulan energi, sekuat cahaya cahaya matahari yang sampai ke bumi.

"Agmada 'ainaihi...!!"
"Pejamkan mata......!!!!

Celetuk berubah jadi getaran berat, bayangan semakin mengupulkan energinya, kecepatannya tidak hanya pada hitungan 299. 792. 457meter per detik (m/s) namun berlipat karena sayyidul Jin Ifrit tertarik gravitasi bumi.

Melesat membenam di kalbu si Ifrath dan Tafrith. Kali ini gagal. Seketika keduanya berdiri di senja hari, menghadap arah matahari tenggelam terbentuklah daerah hitam dan gelap yang mengikuti bentuk tubuh .

Umbra (bayangan inti) membentuk lafadz "Iman". Namun, penumbra (bayangan kabur) membentuk lafadz "munafik".

Si Ifrath dan si Tafrith membisu dalam spektrum gelap itu, mencoba meraih lembaran-lembaran suci namun tak "sampai", terpegang memang. Namun, gagal mengeluarkan mukjizat lafaz-lafaz suci itu karena terlanjur terbentuk opini dangkal, "ini ayat suci!"

Al Janafu (penyimpangan)

Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allooh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah 182)

Fitrah, setiap keadaan dan persona menginginkan keadilan meski hal tersebut terkadang tidak selalu menjelma dalam tindakan. Fenomena ini bisa ditonton dalam konten "waris" apalagi dalam lingkaran yang lebih masif seperti (perebutan) massa dan kekuasaan lintas komunitas agama dan aliran. Umumnya, keadilan dikatakan sebagai jalan tengah atau garis tengah antara 'ifrath' (hardcore) dan 'tafrith (softcore)'.

Antara sikap 'kurang' dan sikap 'berlebihan'. Di tengah-tengah itulah yang disebut dengan keadilan. Namun, lebih arif lagi adalah "sesuai kebutuhan". Hal ini dapat dilihat pada tafsir al Fatihah ketika kita melihat dari konteks bahasa. Dalam bahasa Arab, adil serumpun dengan kata i'tidal yang bermakna seimbang atau tidak melenceng ke kanan maupun ke kiri.

Konteks pengertian ini juga mengingatkan kita pada ayat yang sangat populer dalam surat Al Fatihah yait pada lafaz "ihdinaa shiratal mustaqim." Istiqamah dan i'tidal memiliki makna berdekatan. Karena itu pula adil dan ihsan (berbuat bijak) digandengkan dalam ayat sebelumnya pada ayat-ayat wasiat. Tidak heran jika orang yang tidak adil cenderung tidak mampu berbuat ihsan. Umumnya, mereka terbawa emosi dalam bertindak. Sebagai contoh, dalam persoalan mencintai dan membenci orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun