Ayat-ayat pilihan Ramadan bagian-10
Surah Ali Imran 91
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati, sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.Â
Kuantitas cinta kita kepada Tuhan
Sejenak ngaji kepada pesantren Hollywood tentang sebuah makna tamyiz mufrod (quantifier) atau takaran-takaran yang dalam bahasa Inggris sering digunakan untuk memberi keterangan kuantitas kata benda (noun) yang bergenre uncountable noun atau kata benda yang tak dapat dihitung. Flm yang berjudul 50 First Dates adalah film Hollywood lawas (2004).
Sebenarnya film ini tak ada hubungannya dengan kaidah tamyiz mufrod. Bilangan 50 (cardinal numbers) pada 50 Fist Dates berfungsi sebagai quantifier untuk sebuah countable noun kata "dates" (kencan).
Namun pelajaran kemanusiaan di dalamnya sarat dengan kaidah tamyiz mufrod, ya, tentang takaran (quantifier) untuk kata benda "cinta" yang takarannya harus menggunakan "quantifier" yang berjenis "tamyiz mufrod".
Dalam film tersebut nampak bagaimana sang pecinta, Henry Roth (Adam Sandler) seorang dokter hewan laut berusaha untuk jatuh cinta berkali-kali kepada Lucy Whitemore (Drew Barrymore), sang pengidap Goldfield Syndrome.
Sindrom ini adalah sebuah amnesia akut jangka pendek (amnesia anterograde), penderita hanya mampu mengingat kejadian sehari saja, dan setiap esok harinya setelah terbangun dari tidur, lupa dari segala kejadian kemarin hari.
Pecinta berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan sang kekasih jatuh cinta berkali-kali. Artinya, Henry Roth harus berusaha sekuat tenaga membuat si Lucy jatuh cinta tiap hari, karena si Lucy hanya mampu menampung cinta dalam memori otaknya dalam satu hari saja. Esok harinya dipastikan lupa orang yang dicintainya hari ini.
Begitupun kita, harus berupaya jatuh cinta berkali-kali kepada Tuhan. Di film tersebut upaya yang dilakukan agar selalu ingat dan jatuh cinta berkali-kali dengan menggunakan "remainder" atau pengingat jejak cinta yang berupa buku diary ataupun rekaman tape recorder.
Kita juga seharusnya mempunyai remainder agar selalu jatuh cinta kepada Alloh. Remainder tersebut bisa dengan banyak rupa dan cara serta upaya seperti, mengkaji kitab-Nya, membaca dan memahami Sirah Nabi-Nya, melakukan kontemplasi terhadap ayat kauniyah-Nya, dan lainnya.
Kekafiran sebagai kuantifier
Pada surah Ali Imran 91 nampak Allah swt memberikan peringatan tentang mahalnya sebuah keimanan jika dibanding dengan "emas sepenuh bumi" (mil'ul ardhi dzahaban).
Lafadz "mil'ul ardhi dzahaban" merupakan quantifier yang bergenre "tamyiz mufrod" karena lafadz "dzahaban" (emas) dinasobkan sebagai tamyiz dari lafadz "mil'ul ardhi" (sepenuh bumi). Jadi kuantitas emas diwakili oleh ukuran atau metrik "sepenuh bumi".
Hal ini menunjukkan adanya peran tamyiz mufrod ataupun tamyiz dzat yang menunjukkan hal bilangan, ukuran, jarak ataupun berat dalam gramatikal Alquran.
Gramatikal
Innalladzina kafaruu wamaatu wahum kaffaarun falay yaqbalu min ahadihim mil'ul ardhi dzahaban walawiftadaa bihi ulaaaika lahum 'adzaabun aliimun wamaa lahum min naasiriin.
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas itu. Bagi mereka itulah siksa yang amat pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (Ali Imran 91)
1. Innaladzina kafaruu (sesungguhnya orang-orang yang kafir)
-- Adalah jumlah al musta'nifah (kalimat awal sebagai penjelas).
-- Terdiri atas amil nawasih pada lafadz "inna" yang bersifat tansibul isma watarfaul khobar (menosobkan isim dan khobar)
-- Lafadz "kafaruu" adalah rofa'.
2. Wamaatu (dan mati)
-- Adalah kelanjutan dari frasa sebelumnya yang bersifat setara.
-- Keberadaan wawu athof pada lafadz "wa" sebagai penghubung.
3. Wahum (sedang mereka)
-- Merupakan gabungan wawu athof pada lafadz "wa" dan dhomir munfashil (kata ganti yang berdiri sendiri) pada lafadz "hum".
-- Dhomir mnfashil menunjuk pada arti mereka (laki-laki lebih dari 3 orang).
4. Kaffaarun (dalam kekafiran)
-Adalah khobar wal jumlah al nashob 'alal hal (khobar jumlah yang nashob).
5. Falay yaqbahu min ahadihim (maka tidaklah diterima dari seseorang diantara mereka)
-- Merupakan rabitho ul jawab (jawab yang berkait) pada maushul.
6. Mil'ul ardhi dzahaban walawiftadaabih ( emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas itu)
-- Merupakan quantifier yang bergenre "tamyiz mufrod" karena lafadz "dzahaban" (emas) dinasobkan sebagai tamyiz dari lafadz "mil'ul ardhi" (sepenuh bumi).
7. Ulaaaika lahum 'adzaabun aliimun wamaa lahum min naasiriin (bagi mereka itulah siksa yang amat pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong)
-- Merupakan gabungan antara wawu athof pada lafadz "wa", nafiyah (negasi) pada lafadz maa", jar majrur pada lafadz "lahum", harfun jar pada lafadz "min" serta isim dengan kata sandang al ma'rifat pada lafadz " an nashiirin".
Tafsir
1. Salah satu bentuk dari "quantifier" atau metrik pada ayat al Qur'an untuk "uncountable noun" (kata benda yang tak dapat dihitung) adalah mengggunakan "tamyiz dzat" atau "tamyiz mufrod" yang memberi kejelasan pada isim (kata benda) yag menyertainya.
2. "Emas sepenuh bumi" (mil'ul ardhi dzahaban) pada pertengahan ayat tidaklah mampu untuk ditukar dengan keimanan. Ini berarti masalah ketuhanan jangan bicara harta, kecuali untuk dibelanjakan di jalan Allah.
3. Justru dengan peningkatan quantifier (takaran) cinta kepada Allah akan memberikan ketenangan hidup, seperti dengan takaran "sepenuh jiwa".
4. Kekasih atau pecinta adalah sama-sama wajib ekstrem di jalan ini, yaitu :
"muhibba liman yuhibbu muthi'u" (kekasih akan taat kepada yang dicintainya)
Referensi:
- PP. Alhasyim, Irab Alquran
- Corpus Quran, Quranic GrammarÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H