7. Ulaaaika lahum 'adzaabun aliimun wamaa lahum min naasiriin (bagi mereka itulah siksa yang amat pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong)
-- Merupakan gabungan antara wawu athof pada lafadz "wa", nafiyah (negasi) pada lafadz maa", jar majrur pada lafadz "lahum", harfun jar pada lafadz "min" serta isim dengan kata sandang al ma'rifat pada lafadz " an nashiirin".
Tafsir
1. Salah satu bentuk dari "quantifier" atau metrik pada ayat al Qur'an untuk "uncountable noun" (kata benda yang tak dapat dihitung) adalah mengggunakan "tamyiz dzat" atau "tamyiz mufrod" yang memberi kejelasan pada isim (kata benda) yag menyertainya.
2. "Emas sepenuh bumi" (mil'ul ardhi dzahaban) pada pertengahan ayat tidaklah mampu untuk ditukar dengan keimanan. Ini berarti masalah ketuhanan jangan bicara harta, kecuali untuk dibelanjakan di jalan Allah.
3. Justru dengan peningkatan quantifier (takaran) cinta kepada Allah akan memberikan ketenangan hidup, seperti dengan takaran "sepenuh jiwa".
4. Kekasih atau pecinta adalah sama-sama wajib ekstrem di jalan ini, yaitu :
"muhibba liman yuhibbu muthi'u" (kekasih akan taat kepada yang dicintainya)
Referensi:
- PP. Alhasyim, Irab Alquran
- Corpus Quran, Quranic GrammarÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H