Persaingan dari berbagai kelompok yang berusaha meraih kekuatan politik dan ingin memaksakan pandangan mereka pada negara baru ini cukup mengganggu program ekonomi liberal tersebut.
6. Bebas berencana Delapan Tahun
Pada tahun 1960, Bung Karno melakukan gebrakan menuju ekonomi liberal dengan program Delapan Tahunan. Ini merupakan usaha untuk membuat negara ini memiliki swasembada makanan (terutama beras), pakaian dan kebutuhan-kebutuhan dasar dalam periode 3 tahun. Kemudian secara bertahap selama lima tahun, akan direncanakan menjadi periode pertumbuhan mandiri.
Kekuatan liberal Bung Karno terlihat saat memihak rakyat dalam program pengurangan sumber pajak. Namun akhirnya program ini ditinggalkan karena perekonomian jatuh bebas.
Keberanian pembebasan pajak dan faktor lainnya mengakibatkan hiperinflasi. Termasuk faktor luar yaitu membayar mahal harga diri bangsa dengan politik konfrontasi terhadap Malaysia yang cukup memakan anggaran negara.
Harga diri bangsa memang mahal. Pembangunan tidak sepenuhnya berkembang karena uang negara lebih banyak ditujukan bukan untuk kepentingan ekonomi.
7. Sektor Agraris yang membebaskan
Sebagai langkah dari ekonomi Berdikari, Bung Karno berusaha membangkitkan sektor agraris yang menjadi ciri khas perekonomian Indonesia.
Harapannya, hasil pertanian mampu diekspor untuk memperoleh devisa dan menyeimbangkan neraca perdagangan. Ini merupakan usaha untuk membuat negara ini memiliki swasembada beras, pakaian dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
Itulah keberanian Bung Karno dalam sebuah ejawantah ekonomi liberal berbasis harga diri(nation branding) dan kepercayaan diri bangsa (self esteem nation).
Referensi:
- Britannica, Biography Sukarno
- CIA, Doc. CIA-RDP79
- Monash University, Indonesia Foreign Politics 1955-1965