4. Kebebasan PMA
Perusahaan-perusahaan asing pada tahun 1950-an mulai masuk ke Indonesia seperti Shell, Stanvac, dan Caltec.
Mereka mendapatkan posisi yang kuat di bidang industri minyak. Kemudian juga ada kebebasan investor asing masuk seperti pada bidang pelayaran antar pulau yang dikelolah oleh pelayaran KPM Belanda (Koninklijke Paketvaart Maatschappij).
Perbankan juga berkembang dengan berbagai macam pelaku usaha dan modal yang bervariasi seperti Belanda, Inggris, dan Cina.
5. Liberal yang terpimpin kharismatik
Selama satu dekade, Presiden pertama Indonesia, Bung Karno cukup sukses untuk membendung ancaman dari kekuatan-kekuatan disintegrasi dengan menggunakan kekuatan kharismanya.
Untuk memaksimalkan usaha tersebut, perlu pemimpin yang kharismatik. Pemerintahan Sukarno menerapkan sistem ekonomi yang terpimpin yang merupakan turunan dari sistem politik yang digunakan di Indonesia jelang dekade 1960-an, yakni Demokrasi Terpimpin.
Bung Karno mencoba menyatukan kelompok-kelompok yang berbeda ini di dalam sebuah bangsa yang baru yang sangat plural dan liberal dengan Nasakom-nya.
Sistem ekonomi yang terpimpin mengatakan bahwa negara harus berperan untuk memimpin ekonomi nasional melalui dibentuknya jalur-jalur pengaturan dan komando yang tegas terhadap sektor-sektor utama. Dan, semuanya itu didasarkan pada satu rencana nasional yang komprehensif.
Hal ini dapat dilihat pada uraian Emil Salim melalui buku Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir: 1966-1982 (2005) bahwa sistem ekonomi yang terpimpin sangat bergantung kepada kepemimpinan kharismatik dan orientasi politik otoritas penguasa.
Walaupun pada akhirnya di pertengahan 1960-an, perpolitikan dan perekonomian di Indonesia mengalami ujian besar.