enggan tuk ku puitiskan syairku ini terlalu lama, jenuh pula nanti kau dengar. namun sekiranya jika layak kau simpan, setidaknya kau tahu...ada jiwa seorang kelana tak bertuan, begitu polosmengintai mimpi untuk seorang gadis pujaan hati. Namun jika tidak, sekiranya syairku ini mampuh meninabobokan dunia mayamu.
Dikau sang surga kelana yang terlambat bersinar dalam duniaku...,
Ku akhiri beban mimpiku di atas pembaringan kilaf dan egoisme batin yang tak mampuh ku redam dalam doa, ku tinggalkan satu permintaan suci sebelum suara ini ku bungkam,....Maafkan mata batinku yang terlalu lapar menginginkan dirimu, yang terlalu haus akan kasih dan sayangmu. Satu hal yang pasti, tak ada niat jiwa yang terlintas dalam benak untuk menipu, bahkan menodai cintramu sebagai kaum hawa..!
Omauga, disuatu malam minggu...
Teriring salam hangat
Setengah jam berlalu dengan kekosongan. Ruang makan terasa sunyi dan sepih tampa ada satu suara binatangpun. Stenly serius membacakan puisinya, begitupun zena yang dengan tulus hati mendengarkan syair yang diutarakan stenly.
Tak terasa seketika, air mata mengalir di dahan kelopak mata zena. Seakan terpajang gambaran kesedihan di kedua bola matanya yang tak sedikitpun menatapi stenly. Ternyata zena pun memendam rasa sayangnya untuk stenly, namun ia enggan untuk menampilkannya ke permukaan dalam bentuk perhatian atau apapun cara lainnya, Karena ia tahu bahwa cintanya berada pada posisi yang terlarang. Tidak pantas untuk diketahui stenly.
        “ zen, kenapa kau menangis? apakah syairku ini melukai perasaanmu? “ tanya stenly sambil menghapuskan air mata zena dengan kedua tangannya.
        Zena tak menggubris pertanyaan stenly. Ia seakan mati suri terbunuh oleh keadaan. Yang bisa ia lakukan hanyalah menutupi mata dan terus menangis.
        “ zen, aku tahu aku salah. Tidak semestinya aku harus mengatakan perasaanku seperti ini. aku sangat sadar dengan posisiku sekarang,  zen. Saya tarik ulang syairku tadi. Anggaplah semata sebagai lagu untuk menghiburmu. Tidak perlu kau selami artinya. Semuanya hanyalah omong kosong belaka. Sekali lagi saya minta maaf, zen. “ stenly mencoba menenangkan kesedihan zena.
Sebuah rasa sayang kenyataannya memang tak mampuh untuk dibohongi. Cepat atau lambat pasti akan ketahuan juga. Meskipun terkadang hadirnya begitu menyakitkan. Demikianlah rasa sayang dari sepasang merpati yang menjelma dalam diri stenly dan zena.Â