Mohon tunggu...
Konstantin Beda Keda
Konstantin Beda Keda Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Negeri Amar

hobi saya adalah bernyanyi dan menulis karya seni.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Hasil Adaptasi Sebuah Kisah Nyata tentang Perasaan Seorang Pemuda terhadap Gadis Pujaannya

28 September 2022   08:43 Diperbarui: 28 September 2022   08:58 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

SURGA YANG HADIR DI PENGHUJUNG KEMATIAN

Setidaknya kau tahu..., ada jiwa seorang kelana tak bertuan, begitu polos mengintai mimpi untuk seorang gadis pujaan hati

Malam ini terasa tak seperti malam-malam sebelumnya. Tak heran jika dikatakan demikian karena perbedaanya adalah masalah bergulirnya waktu antara hari kemarin dan hari ini. Namun barangkali tidak hanya demikian  yang di rasakan oleh stenly

Perbedaan malam ini dengan malam kemarin bagi stenly adalah soal rasa. Rasa batin  yang terpampang melalui lukisan  jidatnya  yang sejak setengah tahun yang lalu mengkerut, kini mulai terubah.  Senyum-senyum gila menghiasi kesendiriannya di malam yang sepih nan pekat.

“ selamat malam..! “ ucap Zena saat menyentakan kaki pada  tangga rumahnya stenly.

“ hay, malam juga, zen..! mari masuk..! stenly menyahut suara zena sambil mengarahkan sebuah kursi untuk di duduk  zena.

“ apa ada perlu dengan saya, zen? “

“ iya, saya butuh bantuan kamu untuk mengetik soal ulangan untuk kelas tujuh. Itupun kalau kamu mau, sten..! “

“ ohhh iya. Bisa zen...! kebetulan saya juga tidak sibuk saat ini. Coba saya lihat, mana soalnya? “ kata stenly sambil mengambil buku dari tangannya zena.

 Hari itu adalah hari yang terhitung ketiga kalinya zena mengunjungi  rumahnya stenly. Terlepas dari urusan pekerjaan sebagai tenaga pendidik, mereka berdua tak bosan-bosannya berbagi kebersamaan dengan canda gurau setiap kali mereka duduk  cerita bersama. 

Tak heran jika mereka begitu akrab seperti sepasang merpati yang saling berbagi dalam kesempatan pertemuan, meskipun ruang kebersamaan mereka belum mencukupi sebulan sejak berada di tempat kerja.

Dua jam berlalu dengan canda ria, mencairkan suasana kaku yang sempat terlintas ketika tidak ada pembicaraan awal sebagai permulaan topik pembicaraan di antara mereka. Stenly asyik mengetik dan zena hanya mampuh melihatnya dengan cara mendiamkan lida. Suara tertawa akhirnya muncul ketika zena mencoba mengskenariokan wajah stenly dengan sebuah pengisahan gurau.

“sten..., ketika saya melihat kamu, saya sepertinya membayangkan muka kamu seperti seorang frater. Tapi kalau di lihat dari hatimu, kayaknya tidak sama sekali mencerminkan jati diri sebagai seorang frater yang setia pada pendirian iman. Maksud  Saya, kesetiaan kamu dalam konteks  dunia asmara. Hahahaha.. Apa benar, sten...? “ zena menggurau sambil meninggalkan pertanyaan untuk stenly.

“ hahahhahaa, kok bisa begitu, zen? Jahat sekali kamu. Memangnya kamu tahu isi hatiku? Atau kamu adalah seorang paranormal yang sedang melakukan observasi? “ Stenly merajut dengan serius, seakan tak mau terima lelucon zena.

“ hehehehe, bercanda saja kali. Habis saya lihat kamu terlalu tegang sihh. makax saya mencoba untuk bermain kelakar denganmu. Ternyata kamu orangnya  asyik juga ya? “

Stenly hanya mampuh tersenyum dengan mengisahkan segumpal kemaluan sambil menatap layar laptop.

auh dari hari sebelumnya, stenly ternyata sudah sangat nyaman dan bahagia ketika dekat dengan zena. Bahkan hari-hari hidupnya setahun silam yang sempat membuatnya rapuh dan seakan tak mau bangkit dari kenyataan gagal, kini mulai berubah. 

Tidak dalam hitungan bulan, semenjak kehadiran zena di pulau emas itu. Stenly yang dulu tidak seperti yang sekarang. Tampilan senyuman manisnya dari hari ke hari menyiratkan kebahagian bahwa ada kehidupan baru yang kembali dalam diri stenly ibarat surga yang hadir di penghujung kematian. Zena yang adalah gadis cantik dan menawan di mata stenly, hadir bagaikan permata yang mempersembahkan pelipurlara untuk kisah kelamnya.               

Nyaman dan merasa dekat adalah fakta bahwa stenly memiliki cinta, lantas dibalik kedekatannya dengan zena ternyata ia memiliki rasa yang teramat dalam. Rasa tentang apa yang lahir dari jiwa sebagai bentuk penghargaan terhadap hati, mengalir gemetar seperti putri malu yang baru tersentuh. Terlihat jelat pada kekakuan stenly setiap kali ia berbicara dengan zena. Ia seakan tak mampuh memangdang zena.

Ternyata benar filosofi cinta yang di intai oleh seorang pujangga bernama Kahlil Gibran. Tidak ada cinta sejati yang tertulis abadi di dalam dunia kejiwaan insan kamil. Sejatinya cinta hanya bisa di kisahkan pada sejauhmana seseorang merasa dihargai dan ia merasa nyaman dari cinta dan pengorbanan tulus seseorang.

Disitulah cinta itu terasa sejati, tumbuh dan berkembang biak. Namun ia sangat kerap tak mengekal pada keabadian rasa. Hari ini atau esok, ia bisa saja menghilang. Begitulah kenyataan cinta yang di rasakan oleh stenly untuk zena. Ia sangat tahu dan sadar bahwa ia dan zena sudah sama-sama memiliki kekasih hati. Namun rasanya tidaklah jujur jika ia tidak mengatakan rasa yang sesungguhnya untuk zena.

“zen, sebenarnya aku ingin sekali mengatakan sesuatu kepadamu, tapi nyatanya lidaku tak bisa bergerak sama sekali. Sudah tiga malam ku renungkan, bagaimana caranya tuk menyampaikan kepadamu ”.

“ hahahaa....stop sudah. Cerita yang lain saja, atau mendingan kamu mainkan gitar dan kita nyanyi bersama. Ok? “ zena mencoba mengalihkan perhatian steny lantas ia pun tak mampuh mendengarkan maksud yang ingin disampaikan stenly, karena ia sudah berfiling dan mengetahui perasaan stenly. “

“ baiklah, zen. Tapi sebelum kita nyanyi bersama, kamu dengar dulu syair puisi yang ku tuliskan ini ya? Saya mohon, zen...! Saya hanya mampuh membacakannya dengan iringan gitar. Tak perlu kau tanyakan jika memang kau tak mengerti. Bisa kan..? “

“ stop gombal-gombal saya, stenly...!  Ya sudah. Saya siap mendengarkannya. “ zena merespon baik permintaan stenly.

Stenly pun mulai mengutikan gitar, dan perlahan ia membacakan sebuah syair yang ia tuliskan khusus untuk seorang zena. Beginilah syairnya....,

MEMORIAL MIMPI DARI PEMUJA TAK BERTUAN

Demi kemerlapan bintang angkasa yang masih terselimuti rahmat dan berkah untuk langit, dengan segala keluguhan dan kepolosan nuraniku di malam ini, sembari menemani mata yang kian tak kantuk diujung pena, ku uraikan sebuah rasa terlarang laksana debuh takdir  yang  kenyataannya harus ku terima, dan itu adalahtentang  dikau sang surga kelana yang terlambat bersinar dalam duniaku. Tentang dikau yang tak seharunya berada dalam genggaman dosaku.

Malam ini sengaja ku puitiskan suaraku meski tak semerdu kicauan burung, dengan terpaksa lantas terpakunya lidaku pada kemaluan batin, dibayang-bayangi oleh penolakan jiwamu kala ku mengatakannya. Adakah engkau mengerti dengan semuanya ini?

Dikau sang surga kelana yang terlambat bersinar dalam duniaku...,

adakah filingmu mereka-reka diriku yang begitu gila memujamu?Adakah kau merasakan sesuatu yang aneh dari bentuk perhatianku?Adakah kau susuri jiwaku yang tak bosan-bosannya  memikirkanmu dikala maraknya aktivitasku..?Adakah kesengajaan untuk kau tulihkan telinga lantas kau tahu keberadaan diriku?

Ataukahrasa ini kau anggap sebagai sebuah lelucon yang kujadikan bahan kelakar? Mungkinkah kau merasa bahwa ini hanyalah permainan ular kata-kataku?Atau barangkali pula  kau berfikir ini hanyalah buaian omong kosong  yang selalu dijadikan senjata para kelana untuk mengumbar pinta? Entalah...! terserah seperti apa cara pandang nuranimu.

Dikau sang surga kelana yang terlambat bersinar dalam duniaku...,

enggan tuk ku puitiskan syairku ini terlalu lama, jenuh pula nanti kau dengar. namun sekiranya jika layak kau simpan, setidaknya kau tahu...ada jiwa seorang kelana tak bertuan, begitu polosmengintai mimpi untuk seorang gadis pujaan hati. Namun jika tidak, sekiranya syairku ini mampuh meninabobokan dunia mayamu.

Dikau sang surga kelana yang terlambat bersinar dalam duniaku...,

Ku akhiri beban mimpiku di atas pembaringan kilaf dan egoisme batin yang tak mampuh ku redam dalam doa, ku tinggalkan satu permintaan suci sebelum suara ini ku bungkam,....Maafkan mata batinku yang terlalu lapar menginginkan dirimu, yang terlalu haus akan kasih dan sayangmu. Satu hal yang pasti, tak ada niat jiwa yang terlintas dalam benak untuk menipu, bahkan menodai cintramu sebagai kaum hawa..!

Omauga, disuatu malam minggu...

Teriring salam hangat

Setengah jam berlalu dengan kekosongan. Ruang makan terasa sunyi dan sepih tampa ada satu suara binatangpun. Stenly serius membacakan puisinya, begitupun zena yang dengan tulus hati mendengarkan syair yang diutarakan stenly.

Tak terasa seketika, air mata mengalir di dahan kelopak mata zena. Seakan terpajang gambaran kesedihan di kedua bola matanya yang tak sedikitpun menatapi stenly. Ternyata zena pun memendam rasa sayangnya untuk stenly, namun ia enggan untuk menampilkannya ke permukaan dalam bentuk perhatian atau apapun cara lainnya, Karena ia tahu bahwa cintanya berada pada posisi yang terlarang. Tidak pantas untuk diketahui stenly.

                “ zen, kenapa kau menangis? apakah syairku ini melukai perasaanmu? “ tanya stenly sambil menghapuskan air mata zena dengan kedua tangannya.

                Zena tak menggubris pertanyaan stenly. Ia seakan mati suri terbunuh oleh keadaan. Yang bisa ia lakukan hanyalah menutupi mata dan terus menangis.

                “ zen, aku tahu aku salah. Tidak semestinya aku harus mengatakan perasaanku seperti ini. aku sangat sadar dengan posisiku sekarang,  zen. Saya tarik ulang syairku tadi. Anggaplah semata sebagai lagu untuk menghiburmu. Tidak perlu kau selami artinya. Semuanya hanyalah omong kosong belaka. Sekali lagi saya minta maaf, zen. “ stenly mencoba menenangkan kesedihan zena.

Sebuah rasa sayang kenyataannya memang tak mampuh untuk dibohongi. Cepat atau lambat pasti akan ketahuan juga. Meskipun terkadang hadirnya begitu menyakitkan. Demikianlah rasa sayang dari sepasang merpati yang menjelma dalam diri stenly dan zena. 

Mereka ternyata sama-sama saling mencintai, meskipun dengan sadar mereka tahu bahwa cinta mereka terlarang, dibatasi oleh keabadian masa yang tak mungkin untuk digenggam terlalu lama.

 “ sten, sebenarnya saya sangat mencintaimu. Saya juga kagum dengan pribadimu yang begitu baik. Tapi hati kecilku seakan tak mau untuk harus jujur dengan ini semua, “ dengan sedih hati zena mengungkapkan isi hatinya, sementara air matanya masih tetap menetes membasahi sebagian pipinya.

 “ zen, harus aku berkata apalagi. aku pun tak tahu. Terima kasih atas kejujuranmu, terima kasih zen. Kini saya sudah mengetahui isi hatimu. Saya Cuma ingin kita bisa berbagi kasih sayang dengan cara yang wajar. Toh itupun kalau kamu mau, zen. Kalaupun tidak bisa, biar kita jadi sahabat baik saja. Itu juga sudah cukup untuk kebahagiaanku. “

Cinta terkadang menghendaki hati untuk melangkah maju walaupun kenyataannya nurani tahu bahwa itu adalah hal terlarang. Begitupun bayang-bayang kerapuan yang selalu mencekam disaat berjalan, kala mata batin tahu dengan pasti arah jalan yang sudah dibatasi pertemuan. 

Namun cinta punya cerita tersendiri yang barangkali tak semuanya dialami oleh setiap pribadi yang menjalaninya. Dan cerita itu secara sadar hadir ke permukaan sebagai bentuk penghargaan untuk nurani, dan untuk dikenang dalam sejarah pertualangan cinta di bumi emas tanah cendrawasih. 

Begitulah hal yang diinginkan oleh stenly dan zena. Hati kecil mereka tak mampuh untuk menutupi kejujuran bahwa mereka sama-sama saling mencintai, mereka menghabiskan waktu di malam itu dengan berpelukan sambil ditemani tangisan-tangisan kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun