Di era terdahulu ada juga yang menyebut boneka sebagai DUMMY, namun belakangan ini mulai ditinggalkan, karena berkonotasi negatif apalagi untuk audiens anak-anak.
Para ventrilokuis memposisikan vent-figure sebagai partner dalam pertunjukkan mereka.
Hal ini tentu saja menyebabkan adab mereka dalam memperlakukan partner mereka tersebut sangat berbeda dengan para puppeteer atau para pendongeng.
Sebuah boneka ventrilokuis bahkan seringkali diajak diskusi atau malah beradu argumen dengan ventrilokuisnya. Layaknya partner manusia.
Berbeda dengan para puppeteer yang menyembunyikan seluruh badannya dari pandangan audiens, ventrilokuis malah tampil terlihat bersama bonekanya di atas pentas.
Lantas bagaimana para ventrilokuis tetap menjaga ilusi boneka hidupnya?
Pertama, ia harus menjadikan dirinya bagian dari pertunjukkan, sehingga kehadirannya di atas pentas menjadi penting. dan menentukan.
Ventrilokuis dan bonekanya memerankan dua individu yang berbeda, berbagi dialog serta merangkai konflik yang menarik dalam pertunjukannya.
Kedua, tidak seperti Puppeteer, alih-alih menyembunyikan diri, ventrilokuis hanya menyembunyikan fakta bahwa dialah sebenarnya yang mengisi suara boneka.
Teknik yang digunakannya adalah menahan gerak bibir dan rahang (still-lipsing) ketika memberi suara pada boneka,