"Adik namanya siapa?"
"Ayiiii....," lirih namun terdengar jelas, anak perempuan yang belum genap tiga tahun menjawab.
"Namanya Matahari, mbak!" Seorang ibu muda, menimpali dan menegaskan nama lengkap putrinya.
Di kejauhan, seorang ibu muda lain bertukar cakap. Mereka sedang ingin mendaftarkan dua putrinya, masuk, menambah panjang hampir seratusan anak-anak yang belajar di Chili House CH), Gili Trawangan.
Gili Trawangan, Lombok. Senin kemarin, jelang pukul 9 pagi, deretan sepeda yang parkir di halaman Villa Kayla bertambah banyak. Sebidang tanah tak lebih dari 6 are atau 600 meter persegi. Benar-benar persegi dengan pintu masuk utama di sisi timur. Dua bangunan permanen berada di sisi kanan gerbang dan sisi barat daya. Dua ruangan terbuka berada di arah bersebelahan.
Tak lama, tampak seorang ayah. Bule. Ia menggendong seorang anak perempuan. Baju bertali corak garis biru terang, membuat Senja tampak semakin menggemaskan. Senja satu dari sekitar 10 anak berumur sebaya. Siswa dari kelas T2. Saya yang sedang duduk di salah satu bangku di bawah 'Pohon Curhat', mendadak dihampiri seorang anak lelaki.
"Hai halo...Bla bla bla...."
Saya hanya mampu memahami salam singkatnya. Deretan kata setelahnya tak jelas. Tak urung, dua tangan kecilnya tetap merangkul leher saya. Segera saya peluk dan ia tak keberatan saya angkat, sembari beranjak mendekati ibunya.Â
"Namanya Rain. Ia memang mudah dan cepat ramah pada orang asing," pembuka sederhana dengan Mely, ibu Rain, yang juga bersegera mengantarkan anaknya mulai 'sekolah'.