Karier seorang Celestine boleh dibilang melesat cukup cepat. Setelah menjadi kasir, dia kemudian berpindah menjadi sekretaris. Lalu marketing. Jabatan terakhir yang diembannya adalah Director of Sales & Marketing.
Perjalanan karier tersebut tidak diraih dengan cara yang tidak biasa. Merasa tidak berkembang di satu tempat dan satu jabatan, ia memutuskan untuk berpindah kerja dari satu hotel ke hotel lainnya.
"Kenapa saya suka begitu? Karena kita harus update, bagaimana hotel ini, bagaimana hotel itu. Kita harus keliling. Tapi bukan menjadi kutu loncat. Maka kalau ada hotelier yang hanya di satu tempat saya pikir kurang bagus. Dia harus cari pengalaman lain, bagaimana dia harus bertemu dengan klien yang baru lagi. Bagaimana hotel di kota ini, bagaimana di kota itu. Kita harus self-develop, dia harus berkeliling," jelasnya.
Apa yang dilakukan oleh Celestine rasanya cukup relevan saat ini mengingat pertumbuhan hotel sebelum pandemi cukup masif. Hal itu memudahkan seseorang untuk memperkaya pengalaman di dunia perhotelan.
Meski begitu untuk menjadi seorang hotelier yang sukses tidak cukup hanya bermodal bahasa Inggris dan berpindah dari hotel satu ke hotel lainnya. Menjadi hotelier musykil untuk dicapai jika tidak memiliki jiwa hospitality.
Hospitality secara umum didefinisikan sebagai penerimaan dan penghiburan yang ramah dan murah hati.
Hospitality menekankan pada sikap dan perilaku yang ramah dan murah hati dalam melayani orang lain.
Dengan kata lain, hospitality adalah keramah-tamahan terhadap orang lain.
Celestine berujar, profesi hotelier dengan jiwa hospitality banyak dicari perusahaan-perusahaan hotel.
"Jiwa hospitality bukan hanya on paper, atau pada waktu bekerja. You should be good also your family, keluarga, teman-teman dan sebagainya. Sentuhan hospitality-nya harus ada," ungkapnya.
Untuk menjiwai sifat tersebut tentu tidak bisa hanya berdasarkan teori. Perlu juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari kepada orang sekitar.