Apapun profesi yang dilakoni pastinya memiliki tantangan tersendiri, termasuk menjadi guru dan pilihan di mana ia mengajar.
Kompasianer Ozy Alandika mengisahkan perjalanannya menjadi seorang guru. Ia menuliskan segala tantangannya menjadi seorang guru yang mengajar di kota dan di pelosok. Keduanya punya tantangan masing-masing.
Apa yang diceritakan Ozy menjadi salah satu artikel terpopuler di Kompasiana, Senin (13/07/2020).
Selain itu ada juga artikel seputar finansial yang membahas bagaimana utang keuangan amat berpotensi menjerat seseorang di tengah kondisi seperti ini.
Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana:
Jadi Guru, Mendingan Mengajar di Pelosok atau di Kota?
![Ilustrasi guru mengajar. Foto: Iqwan Alif dari Pexels.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/13/pexels-photo-1206101-5f0b3db5d541df51925abe33-5f0c4d81097f361a520d0172.jpeg?t=o&v=770)
Sebab, keduanya, memiliki tantangan tersendiri. Bahkan mendapatkan keseruannya masing-masing.
Memang apa tantangan serta keseruan mengajar di kota dan di pelosok? (Baca selengkapnya)
Harapan Pendidikan Daerah 3T+1: Terdepan, Terluar, Tertinggal, dan Ter-Lockdown
![Sumber: Pendidikan.id](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/13/pp-5f0ae1ee097f366ca56fafd3-5f0c4c12d541df28861c7392.jpg?t=o&v=770)
Permasalahan lain dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah 3T adalah angka putus sekolah yang relatif tinggi, sementara angka partisipasi sekolah masih rendah.
Kalau direfleksikan, penyebutan daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) seringkali menimbulkan rasa kurang nyaman dan sangat mengganggu telinga kami yang tinggal di daerah tersebut. Mengapa? (Baca selengkapnya)
Singapura, Pengisap Pasir Tetangga
![Sekitar 25% daratan di Singapura adalah hasil reklamasi. Sumber gambar: Kenji Hotta & Ian M. Dutton. 1995.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/13/reklamasi-singapura-5f06cfbd097f362ace25cf12-5f0c4c38d541df40d033fc12.jpg?t=o&v=770)
Hebohnya karena ribut-ribut soal batas negara yang bergeser, merugikan Indonesia. Kenapa demikian? (Baca selengkapnya)
Liga 1 Lanjut Digelar Tanpa Penonton, Normal bagi Sepak Bola Kita
![Laga Persipura Jayapura vs Persib Bandung pada putaran kedua musim lalu digelar di Stadion Delta Sidoarjo tanpa dihadiri penonton (23/09/2019). (Sumber foto: liga-indonesia.id)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/13/f1909087613-15693005931-5f03cfa1097f3654c02cefa2-5f0c4c5ed541df432e00fd02.jpg?t=o&v=770)
Bagi penggemar sepak bola lokal, ini menjadi kabar baik. Awalnya kita harap-harap cemas akan kelanjutan Liga 1, mengingat kasus positif Covid-19 di Indonesia terus naik.
Di sisi lain juga ini menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah sepak bola kita tanpa penonton adalah sebuah kenormalan baru atau justru keniscayaan? (Baca selengkapnya)
Utang Itu Bukan Aset, Jeratannya Memikat tapi Sulit Melepaskan
![busy.org](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/13/utang-5f0ad111d541df72ee678c82-5f0c4c99d541df5e941f9ef2.jpg?t=o&v=770)
Ketika masa pandemi, warga makin sulit mencari pekerjaan, bahkan yang punya pekerjaan kena PHK, ada yang gajinya dikurangi l/2, ada yang berkurang pendapatannya seperti ojol. Mulailah berpikir untuk berutang sebagai jalan keluarnya.
Ketika sudah berutang, beberapa orang sering tergelincir dengan kemudahannya. Bahkan, ada yang tak bisa terlepas dari jerat utang.
Lalu bagaimana kita seharusnya menyikapi sebuah keadaan seperti ini? (Baca selengkapnya)