Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pilihan Guru Mengajar hingga Potensi Terjerat Utang

14 Juli 2020   04:53 Diperbarui: 14 Juli 2020   04:58 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekitar 25% daratan di Singapura adalah hasil reklamasi. Sumber gambar: Kenji Hotta & Ian M. Dutton. 1995.

Apapun profesi yang dilakoni pastinya memiliki tantangan tersendiri, termasuk menjadi guru dan pilihan di mana ia mengajar.

Kompasianer Ozy Alandika mengisahkan perjalanannya menjadi seorang guru. Ia menuliskan segala tantangannya menjadi seorang guru yang mengajar di kota dan di pelosok. Keduanya punya tantangan masing-masing.

Apa yang diceritakan Ozy menjadi salah satu artikel terpopuler di Kompasiana, Senin (13/07/2020).

Selain itu ada juga artikel seputar finansial yang membahas bagaimana utang keuangan amat berpotensi menjerat seseorang di tengah kondisi seperti ini.

Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana:

Jadi Guru, Mendingan Mengajar di Pelosok atau di Kota?

Ilustrasi guru mengajar. Foto: Iqwan Alif dari Pexels.com
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Iqwan Alif dari Pexels.com
Apabila ditanya mana yang lebih memiliki tantangan antara mengajar di kota dan di pelosok, tentu tak akan mudah untuk dijawabnya.

Sebab, keduanya, memiliki tantangan tersendiri. Bahkan mendapatkan keseruannya masing-masing.

Memang apa tantangan serta keseruan mengajar di kota dan di pelosok? (Baca selengkapnya)

Harapan Pendidikan Daerah 3T+1: Terdepan, Terluar, Tertinggal, dan Ter-Lockdown

Sumber: Pendidikan.id
Sumber: Pendidikan.id
Beberapa permasalahan penyelenggaraan pendidikan, utamanya di daerah 3T antara lain adalah permasalahan pendidik, seperti kekurangan jumlah (shortage), distribusi tidak seimbang (unbalanced distribution), kualifikasi di bawah standar (under qualification), kurang kompeten (low competencies), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu (mismatched).

Permasalahan lain dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah 3T adalah angka putus sekolah yang relatif tinggi, sementara angka partisipasi sekolah masih rendah.

Kalau direfleksikan, penyebutan daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) seringkali menimbulkan rasa kurang nyaman dan sangat mengganggu telinga kami yang tinggal di daerah tersebut. Mengapa? (Baca selengkapnya)

Singapura, Pengisap Pasir Tetangga

Sekitar 25% daratan di Singapura adalah hasil reklamasi. Sumber gambar: Kenji Hotta & Ian M. Dutton. 1995.
Sekitar 25% daratan di Singapura adalah hasil reklamasi. Sumber gambar: Kenji Hotta & Ian M. Dutton. 1995.
Negara inilah yang bikin heboh tahun 2001-2003, gara-gara aktivitas impor pasir laut dari Indonesia.

Hebohnya karena ribut-ribut soal batas negara yang bergeser, merugikan Indonesia. Kenapa demikian? (Baca selengkapnya)

Liga 1 Lanjut Digelar Tanpa Penonton, Normal bagi Sepak Bola Kita

Laga Persipura Jayapura vs Persib Bandung pada putaran kedua musim lalu digelar di Stadion Delta Sidoarjo tanpa dihadiri penonton (23/09/2019). (Sumber foto: liga-indonesia.id)
Laga Persipura Jayapura vs Persib Bandung pada putaran kedua musim lalu digelar di Stadion Delta Sidoarjo tanpa dihadiri penonton (23/09/2019). (Sumber foto: liga-indonesia.id)
PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator Liga 1 memastikan bahwa kompetisi akan digelar kembali mulai 1 Oktober 2020.

Bagi penggemar sepak bola lokal, ini menjadi kabar baik. Awalnya kita harap-harap cemas akan kelanjutan Liga 1, mengingat kasus positif Covid-19 di Indonesia terus naik.

Di sisi lain juga ini menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah sepak bola kita tanpa penonton adalah sebuah kenormalan baru atau justru keniscayaan? (Baca selengkapnya)

Utang Itu Bukan Aset, Jeratannya Memikat tapi Sulit Melepaskan

busy.org
busy.org
Sekarang ini tawaran untuk berutang itu begitu banyaknya. Jika ingin berutang, ada banyak cara untuk melakukannya. Mulai dari kartu kredit sampai finansial teknologi menyerbu kita untuk menawarkan utang.

Ketika masa pandemi, warga makin sulit mencari pekerjaan, bahkan yang punya pekerjaan kena PHK, ada yang gajinya dikurangi l/2, ada yang berkurang pendapatannya seperti ojol. Mulailah berpikir untuk berutang sebagai jalan keluarnya.

Ketika sudah berutang, beberapa orang sering tergelincir dengan kemudahannya. Bahkan, ada yang tak bisa terlepas dari jerat utang.

Lalu bagaimana kita seharusnya menyikapi sebuah keadaan seperti ini? (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun