Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Melihat Lebih Jauh Pajak Netflix hingga Body Shaming di Sekitar Kita

5 Juli 2020   07:30 Diperbarui: 9 Juli 2020   21:04 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer Taufiq Rahman bagaimana bekerja di proyek sungguh banyak cerita dan hikmah yang bisa diambil. Terlebih, ketika itu, masa-masa setelah reformasi saat ia masih bekerja pada proyek yang didanai asing.

Namun, lewat perkerjaan-pekerjaan proyek itulah yang membuat Kompasianer Taufiq Rahman berpindah-pindah: dari Jakarta, Bojonegoro, Balikpapan, Pontianak, Medan, Pekanbaru, Perawang, Duri, Denpasar, Batam, Cilacap, dan lainnya.

Kali pertama bekerja di luar negeri, yaitu Seoul, Korea Selatan pada 1999. Ketika bekerja di sana, ia menyaksikan langsung bagaimana Seoul (Korea Selatan) tumbuh menjadi negara industri.

Nah, yang membuat bekerja di proyek-proyek itulah Kompasianer Taufiq Rahman menyadari satu hal: mengerti sifat manusia yang beragam dari banyak wilayah maupun negara.

"Karena saya bekerja di proyek-proyek besar, saya berteman dengan banyak karyawan dari banyak negara dan ragam kebudayaan," tulisnya.

Orang-orang Eropa dan Amerika, lanjutnya, sebagaimana dicirikan sebagai orang terpelajar, langkahnya lebih pelan dari orang Jepang dan pandai melakukan negosiasi. (Baca selengkapnya)

3. Nasabah Menunggak di Kota Kecil, Bakalan Repot Bila Kantor Pembiayaannya Ditutup

Apakah pernah terbersit pertanyaan: bagaiamana jika ada nasabah yang masih mimiliki tunggakan di sebuah kota kecil, tapi kantor pembiayaannya sudah tutup? Bagaimana mesti mengatasinya?

Kompasianer Adolf Isaac Deda memaparkan 3 cara untuk mengatisipasinya dan kita bisa belajar agar tetap dimudahkan pada urusan ke depannya.

Sebab, tidak sedikit, ada saja nasabah yang masih menunggak datang ke lain bank untuk membuat pengajuan peminjaman dan minta diproses cepat.

Bila sudah ikut program relaksasi, tulisnya, jangan lupa bayar cicilannya pada waktu yang sudah disepakati.

"Di kantor program keringanan kredit ini sudah mulai dari Bulan April awal. Sebagian nasabah minta dipending ke Bulan Juni. Sekarang sudah Bulan Juni, namun masih ada satu dua (tak semuanya ya), yang mangkir pembayaran," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

4. Katanya Sayang, Kok "Body Shaming"?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun