Kompasianer Taufiq Rahman bagaimana bekerja di proyek sungguh banyak cerita dan hikmah yang bisa diambil. Terlebih, ketika itu, masa-masa setelah reformasi saat ia masih bekerja pada proyek yang didanai asing.
Namun, lewat perkerjaan-pekerjaan proyek itulah yang membuat Kompasianer Taufiq Rahman berpindah-pindah: dari Jakarta, Bojonegoro, Balikpapan, Pontianak, Medan, Pekanbaru, Perawang, Duri, Denpasar, Batam, Cilacap, dan lainnya.
Kali pertama bekerja di luar negeri, yaitu Seoul, Korea Selatan pada 1999. Ketika bekerja di sana, ia menyaksikan langsung bagaimana Seoul (Korea Selatan) tumbuh menjadi negara industri.
Nah, yang membuat bekerja di proyek-proyek itulah Kompasianer Taufiq Rahman menyadari satu hal: mengerti sifat manusia yang beragam dari banyak wilayah maupun negara.
"Karena saya bekerja di proyek-proyek besar, saya berteman dengan banyak karyawan dari banyak negara dan ragam kebudayaan," tulisnya.
Orang-orang Eropa dan Amerika, lanjutnya, sebagaimana dicirikan sebagai orang terpelajar, langkahnya lebih pelan dari orang Jepang dan pandai melakukan negosiasi. (Baca selengkapnya)
3. Nasabah Menunggak di Kota Kecil, Bakalan Repot Bila Kantor Pembiayaannya Ditutup
Apakah pernah terbersit pertanyaan: bagaiamana jika ada nasabah yang masih mimiliki tunggakan di sebuah kota kecil, tapi kantor pembiayaannya sudah tutup? Bagaimana mesti mengatasinya?
Kompasianer Adolf Isaac Deda memaparkan 3 cara untuk mengatisipasinya dan kita bisa belajar agar tetap dimudahkan pada urusan ke depannya.
Sebab, tidak sedikit, ada saja nasabah yang masih menunggak datang ke lain bank untuk membuat pengajuan peminjaman dan minta diproses cepat.
Bila sudah ikut program relaksasi, tulisnya, jangan lupa bayar cicilannya pada waktu yang sudah disepakati.
"Di kantor program keringanan kredit ini sudah mulai dari Bulan April awal. Sebagian nasabah minta dipending ke Bulan Juni. Sekarang sudah Bulan Juni, namun masih ada satu dua (tak semuanya ya), yang mangkir pembayaran," lanjutnya. (Baca selengkapnya)