"Body Shaming" bukan lelucon. Penghinaan fisik--yang kerap kita sebut body shaming--juga bukan bahan lelucon. Tidak ada yang layak ditertawai dari kondisi fisik seseorang.
Sesungguhnya "body shaming" lebih mirip sebuah intimidasi verbal: bisa berupa  ejekan, ledekan, dan hinaan.
Yang jauh lebih menyakitkan, justru, orang yang kita cintai atau orang terdekat merasa lebih enteng menghina fisik orang yang, barangkali, sebenarnya ia sayangi.
Alasannya, tulis Kompasianer Amel Widya, sebab mereka merasa ada kedekatan emosional dengan korban.
"Mereka menganggap bahwa korban tidak akan tersinggung walau dihina separah apa pun, padahal tidak ada yang tahu dengan pasti isi hati orang lain," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
5. Membaca Gambar, Cara Sederhana Agar si Kecil Bisa Membaca
Selain memikirkan nasib anaknya akan sekolah di mana pada tahun ajaran baru, para orangtua juga memikirkan bagaimana anaknya tetap bisa mengikuti kegiatan belajar-mengajar ketika nanti sudah kembali ke sekolah.
Untuk menapaki jenjang SD, misalnya, seorang anak harus dipersiapkan untuk bisa "masuk" ke lingkungan baru.
Pada tahap inilah, tulis Kompasianer Zahrotul Mujahidah, mengingat anak baru dalam masa peralihan TK ke SD maka orangtua harus siap dengan beberapa hal.
"Orangtua cukup menyediakan buku bergambar dan meluangkan waktu untuk buah hatinya. Anak akan belajar mencintai buku dimulai  dengan cara yang sederhana," tulis Kompasianer Zahrotul mencontohkan. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H