Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Populer dalam Sepekan: Peduli pada Pejuang Jalanan Lainnya hingga Mengelola Cemas Selama Pandemi

19 April 2020   05:25 Diperbarui: 19 April 2020   05:43 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika sudah lebih dari satu minggu dilaksanakannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah, ternyata tidak hanya para ojek online (ojol), tetapi para pedagang keliling mengalami hal serupa.

Tidak hanya itu, para petani karet dan kopi juga secara tidak langsung mengalami dampak serupa. Harga karet dan kopi per-kilo "terjun bebas" di pasaran. Belum lagi para petani yang hanya mengerjakan lahan oranglain, hasil yang didapat tidak seberapa itu ia mesti bagi hasil.

Beragam cara kini tengah diusahakan oleh semua orang agar tetep bertahan. Pada kondisi seperti ini memang mesti ada yang dikalahkan, dalam hal ini penghasilan.

Akan tetapi selama kita tetap di rumah saja dan minim bergerak apalagi olahraga, bukan tidak mungkin berat badan kita akan bertambah.

Lantas, bagaimana mesti menyiasatinya?

Berikut ini 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Ojol Jadi "Anak Emas", Kita Jangan Lupa Memperhatikan yang Lain

Pada hari itu, Senin (13/04/2020) penjual sayur keliling, Pak Dhe, tampak senang betul saat menerima masket dan hand sanitizer yang diberikan Kompasianer Hendra Wardhana.

Tampak memang terlalu banyak yang dibawa karena mereka sudah berusia lanjut. Akan tetapi ketika masyarakat diharuskan menjaga jarak dan menahan diri untuk tak terlalu sering meninggalkan rumah, justru pedagang sayur mesti tetap keliling demi bisa mendapat penghasilan.

Tidak hanya Pak Dhe sayur, masih ada pedagang lain yang ditemui Kompasianer Hendra Wardhana seperti Bu Wiwin yang berjualana kue Terang Bulan atau Pan Bando yang mesti memilah dan memilih sampah untuk bisa ia jual kembali.

"Tingga di rumah selama pandemi memang baik bagi kesehatan. Namun, bagi orang-orang seperti Pak Dhe, Bu Wiwin, dan Pak Bando pandemi tampak tak memberi pilihan sama sekali," tulis Kompasianer Hendra Wardhana. (Baca selengkapnya)

2. Harga Karet dan Kopi Terjun Bebas, Luar Binasa!

Pada masa pandemi seperti ini, ternyata berdampak juga pada petani kopi dan karet. Harga keduanya "terjun bebas" di pasaran.

Mendapat cerita dari temannya, Kompasianer Ozy Alandika berbagi kisah tentang petani karet yang kesulitan mencari toke alias agen penjemput karet.Jikapun ketersediaan karet dari petani cukup banyak, laniutnya, toke karet cenderung pilih-pilih dalam membeli.

Kemudian bagaimana dengan petani kopi? Harga kopi di pasaran turun dari 5.000 sampai 10.000 perkilo.

"Saat ini gudang kopi banyak yang tutup dan distribusi kopi ke provinsi lain begitu terhambat," tulis Kompasianer Ozy Alandika. (Baca selengkapnya)

3. Beban Berat Pasien Gangguan Jiwa Selama Masa Pandemi Covid-19

Sebagai psikiater, Dokter Andri juga juga berperan aktif dalam memutuskan rantai penularan Covid-19 dan mengurangi orang datang ke rumah sakit jika tidak terlalu penting atau masih bisa ditunda.

Ia menceritakan lewat tulisannya, beberapa pasien yang ditemui pada satu bulan terakhir rata-rata orang yang memiliki riwat penyakit sudah sembuh dan belakangan ini kambuh.

Pandemi Covid-19 ini, tulisnya, telah menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang akhirnya membuat kondisi pasien kembali seperti dulu terutama sekali adalah pasien gangguan cemas.

"Mereka mengatakan bahwa gejala-gejala cemas mulai muncul seiring pemberitaan yang masif terkait Covid-19 ini," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

4. Jaga Jarak Sudah, Kalau Jaga Timbangan Berat Badan?

Ternyata selama di rumah saja, menurut Kompasianer Listhia HR, menimbullkan permasalahan lain: kita bertemu dengan kegiatan yang mengasyikan, tapi suka bikin menyesal karena ternyata menyumbang pada berat badan. Alias berat badan bertambah.

Kegiatan tersebut adalah ngemil. Camilan atau makanan kecil memang paling enak dijadikan teman hampir di segala suasana.

Bukan karena keadaan atau suasana yang mesti disalahkan ketika kita kerap ngemil, tapi bisa tidak menahan diri untuk mengerem mencamil makanan yang sebenarnya tubuh tidak begitu perlu?

Untuk itu, kali ini Kompasianer Listhia HR memberi beberapa kiat untuk menghadapi keinginan mencamil saat di rumah saja.

"Pertama, perhatikan ketersesiaan camilan di rumah," tulisnya.

Karena ketersediaan camilan, lanjutnya, itulah yang mendorong kamu untuk memakannya selama di rumah. (Baca selengkapnya)

5. Ratu Tisha Pamit, Akankah Kedua Srikandi Ini Mampu Menggantikannya?

Kabar mengenai berhentinya Ratu Tisha sebagai Sekjend PSSI cukup mengagetkan.

Hal ini ia ungkapkan melalui akun Instagramnya. Ratu Tisha tak mengungkapkan secara gamblang alasan di balik keputusan yang mengejutkan insan sepak bola Indonesia.

Pasalnya, bukan hanya Ratu Tisha adalah wanita pertama yang menduduki jabatan Sekjend PSSI, perjalanannya untuk sampai pada posisi tersebut cukup panjang.

Misalnya, tulis Kompasianer Bobby, pada 2008 Tisha yang berlatarbelakang ilmu hitung-menghitung ini mendirikan LabBola, suatu penyedia layanan data analisis olahraga.

Namun, sebagai wanita yang kini menjadi dan berprofesi dibidang manajerial sepak bola Indonesia tidak hanya Ratu Tisha. Masih ada wanita-wanita lain yang secara profesional terbukti mampu menjadi bagian tim manajemen sepak bola level tertinggi.

"Viola Kurniawati sebagai satu-satunya CEO wanita sebuah klub sepak bila yang berlaga di kompetisi Liga 1 dan Liana Tasno yang pernah pernah menjabat sebagai Brand Building & Communication Manager PSSI," lanjut Kompasianer Bobby. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun