Apalagi kini menulis menjadi mudah. Karena itu pula kita bisa menulis kapan pun untuk membuat tulisan.
Sehingga akan hadir tulisan bermarwah, tulisan yang berserak itu bisa dikumpulkan dan dibukukan.
Maka, menurut Thamrin Sonata, penulis sungguhan akan punya karya yang lebih monumental --atau panjang usianya.
***
"Saya kira kenapa buku itu tak diminati satu di antaranya takkan membuat seseorang mati karenanya. Persisnya, seseorang tak membaca (buku) dan ia bisa hidup seperti biasanya. Hanya, ia kurang pengetahuan. Itu saja!"
Pendapat Thamrin Sonata terkait itu berdasar pada dengan minat keliterasian terus ditingkatkan, seperti beberapa menit sebelum pelajaran pertama sekolah di bangku Sekolah Dasar atau Menengah digeber.
Oleh karenanya, dugaan Thamrin Sonata, GLS (Gerakan Literasi Sekolah) khawatir akan menjadi gerakan yang sekadar wacana.
Semangatnya selalu sama: mulailah dengan menulis, karena dengan menulis seseorang butuh membaca.
Senada dengan pesan yang ia dapat ketika bertemu dengan Pramudya Ananta Toer.
"Karena kita ini bukan siapa-siapa, maka menulislah, agar tak dilupakan zaman," ingat Thamrin Sonata ketika bertemu dengan Pram di rumahnya daerah Utan Kayu, Jakarta Timur.
Lalu, 11 Agustus 2019, Thamrin Sonata menuliskan sosok yang ia idolakan itu. Tentang Bumi Manusia yang dialih-mediakan dari novel menjadi film.