Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Karena Menjadi Pengagum K-Pop adalah Solusi

26 Juli 2018   06:35 Diperbarui: 5 September 2018   19:04 4244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi K-Pop. Sumber gambar: pixabay

Itulah yang kemudian membentuk fandom K-Pop merebak di Indonesia. Situs-situs penyedia konten tentang K-Pop merebak. Kembali seperti penelitian Sun Jung, ada sekira 2.100.000 situs penyelia konten K-Pop dalam bahasa Indonesia. Juga didukung lebih dari 86 juta dalam bahasa Inggris. Maka, tidak heran jika kebutuhan fandom akan idolanya terpenuhi. Bahkan lebih dari itu, membangun pasar baru.

Mengutip dari laporan yang dibuat Majalah Time, misalnya, penyebaran situs-situs tersebut, bagi banyak artis di industri musik Korea yang ada jauh di luar sana menjadi lebih dekat dengan pembaca. Orang-orang suka (artis Korea) dan ingin tahu lebih banyak tentang mereka.

Ajeng Darismata, misalnya, menjelaskan Indonesia dianggap sebagai satu di antara banyak negara yang penting menjadi penyebaran kebudayaan Korea. Lewat K-Pop inilah yang kemudian menjadi gaya hidup anak-anak muda.

Generasi muda yang sangat potensial, menurutnya, berhasil menguatkan posisi mereka di dunia internasional. 

"Ketampanan dan kecantikan serta fesyen yang menarik dari bintang-bintang atau artis Korea sendiri yang menjadikan alasan masyarakat menyukai budaya K-POP," tulisnya dalam Agresi Budaya Korea Melalui K-Pop di Indonesia.

Tidak hanya itu, Johanes Marcel percaya, K-Pop lahir tidak langsung dengan keberhasilan yang luar biasa. 

"Mereka mengalami begitu banyak pasang-surut, mulai dengan tidak diterimanya musik mereka di pasar internasional, bahkan sampai ditolak di berbagai media musik internasional," tulisnya.

Ada 5 tahapan, paling tidak, yang membuat K-Pop ini bisa didapuk sebagai fenomena terbesar industri musik abad 21: Perancang (Planner), Pembangun (Developer), Penunjuk Jalan (Guide), Penerang (Lights), hingga Penerus Jalan (Successor).

***

Sebagai penggemar K-Pop, tentu saja, Novita Diahayu merasa dianggap "aneh" oleh orang sekitarnya. Menurut mereka, kami yang menyukai K-Pop ini alay.

Namun, setelah Novita Diahayu mencari tahu apa-yang-ia-suka-itu ada hal-hal yang ia dapatkan. Semisal: menghilangkan kegalauan. Banyak lagu Korea, katanya, yang jika kita hanya didengarkan beat-nya saja sudah membuat kita terhanyut dan tanpa kita sadari kita tertarik untuk menggerakkan tubuh untuk bernari-nari energik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun