"Seolah mereka yang berdasi,berangkat kerja dengan mobil pribadi,tinggal di apartemen tidak ingin kata buruh disematkan pada mereka karena tidak pantas padahal ia juga bekerja untuk orang lain," menurut Allam AF.
Pembagian kelas terjadi karena ketidaksadaran dan kebanggaan semu yang dimiliki oleh buruh yang merasa dirinya lebih 'tinggi'. Inilah yang dimaksud Allan AF sebgai masalah yang harus dihadapi terkait persatuan buruh yang menjadi tantangan bagi perjuangan buruh.
Fragmentasi kelas buruh berawal dari dimulainya zaman dimana orientasi angkatan kerja pada pencapaian tujuan terutama pada masyarakat kelas menengah untuk hidup sekedar bekerja sebagai karyawan dengan gaji yang cukup untuk menghidupi dirinya dan keluarganya sendiri.
Pola perjuangan buruh yang cenderung menitikberatkan pada bentuk aksi jalanan terutama pasca reformasi setelah selama masa rezim orba berkuasa buruh dibungkam dalam upayanya menyuarakan aspirasi hingga berserikat telah memberikan hasil.
Menurut Allam AF, pengakuan dari unsur masyarakat terhadap eksistensi buruh yang dilihat dari gerakan dan mobilisasi buruh di Indonesia sedikit banyak telah membuat unsur-unsur karyawan dan pegawai yang awalnya apatis terhadap perjuangan buruh kini telah minimal sadar hasil perjuangan kawan-kawannya buruh juga berpengaruh terhadap dirinya.
"Dalam perjuangannya harus dengan cara-cara yang baik tanpa mengurangi kualitas diri sebagai bangsa yang memiliki adab dan tahu cara yang pantas dalam menyampaikan pendapat," lanjutnya.
Tapi, yang juga tidak kalah penting yaitu bagaimana perjuangan yang dilakukan oleh gerakan buruh tidak melupakan profesionalitas, kewajiban dan tanggung jawab kerja yang dimiliki selama bekerja. Itulah yang membuat perjuangan kelas buruh abadi: perjuangannya!
(HAY)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H