Jakarta -- Raut wajahnya sangat serius melihat layar ponsel yang dipegangnya. Awalnya kami sungkan untuk bertanya melihat betapa ia serius memainkan ponsel layaknya anak kekinian. Tapi ketika ia menoleh, spontan kami bertanya "Mbak Funny ya?" Ia tersenyum mengangguk, kemudian kami bersalaman dan ia mempersilakan kami memesan makanan.
Oya, jika Anda membaca nama "Funny" dengan pengejaan Bahasa Inggris (re: fani), Anda salah besar. Pengejaannya menggunakan Bahasa Indonesia (re: funi). Selang beberapa saat sambil kami menyiapkan kamera, ia mulai bercerita tentang bagaimana awalnya ia bisa memulai bisnis pempeknya itu.
Berjualan pempek di Instagram adalah hal yang biasa. Tidak sedikit para pengguna Instagram yang melakukan jual beli makanan melalui medium tersebut. Tapi mungkin hanya segelintir saja mereka yang berbisnis dengan tujuan tidak mencari keuntungan, melainkan untuk berbagi kepada sesama.
Keunikan inilah yang kami temukan pada akun Instagram @pempek_funny, yang tidak lain adalah milik mbak Funnywati yang tengah kami kunjungi saat ini. Pempek Funny didirikan bukan semata untuk mencari keuntungan. Lebih dari itu, Pempek Funny eksis di dunia maya atas dasar janji Funnywati pada Tuhan.
**
Pempek Funny ada sejak Juni 2015, kala itu untuk pertama kalinya Funnywati menjajakan pempek ini saat sahur Ramadhan. Ia bercerita ketika itu penyakit mata yang diderita membuat ia sulit untuk tidur. Bahkan setiap kali ia memejamkan mata ia dapat melihat darah beku yang mengalir pada matanya. Rasa nyeri dan gelisah yang ia alami membuatnya sulit terpejam hingga akhirnya ia memutuskan untuk beraktivitas di malam hari.
"Daripada saya habiskan waktu tidak melakukan apa-apa dan hanya begadang, lebih baik saya jualan saja," kata Funny.
Rasa sakit yang ia derita membuatnya paham bagaimana penderitaan orang lain. Atas dasar inilah kemudian ia mendirikan Pempek Funny yang eksis melalui media sosial Instagram hingga saat ini. Â
"Saya berpikir, tidak bisa begini terus. Saya terpikir untuk jualan pempek karena saya orang Palembang. Tapi saya berpikir lagi bagaimana pempek saya ini bisa berarti untuk orang lain," lanjutnya.
Funny memercayai satu hal, bahwa di dunia ini berlaku sebuah karma. Di mana ketika kita menanam hal baik, maka akan ada kebaikan yang bisa kita tuai di kemudian hari. Begitu pula sebaliknya. Dalam rasa sakit yang dideritanya, ia masih berpikir untuk bagaimana bisa bermanfaat bagi orang lain, menanam pundi-pundi karma baik dalam penderitaannya.
"Saya harus menanam karma baik seperti apa yang dikatakan teman saya. Saya terpikir untuk berbagi keuntungan dengan mereka yang tidak  mampu. Kecil tapi ikhlas."
Tak Memilkirkan Keuntungan
Sejak berdiri, Pempek Funny telah mengumpulkan serta menyalurkan nominal sumbangan dengan angka yang tinggi. Bahkan pada 2017 lalu, setidaknya uang tunai sebesar lebih dari 1 miliar berhasil disalurkan. Dana itu bukan hanya berasal dari hasil jualan pempek, tetapi banyak donator-donatur lain yang menitipkan sedikit rizki mereka untuk berbagi pada yang membutuhkan.
Ada sebuah fakta menarik. Mayoritas donatur yang menitipkan sumbangan untuk disalurkan melalui Pempek Funny ternyata bukan berasal dari tingkat ekonomi atas. Mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah ternyata jauh lebih peduli pada sesama.
"Bahkan ketika itu ada seorang driverojek Uber menitipkan sejumlah uang pada saya. Tidak banyak, tetapi niatnya itu yang saya apresiasi," cerita Funny.
Pempek Funny juga tidak hanya menyumbang dari hasil penjualan, tapi juga menyalurkan dari deramawan lainnya
Bagi Funny, tidak ada aturan baku soal berapa besar persentase jumlah sumbangan yang harus ia donasikan. Tidak ada besaran wajib berapa angka yang harus ia salurkan. Ia akan berbagi sesuai dengan angka penjualan pempek yang ia dapatkan. Jika pempek terjual dalam jumlah yang banyak, makai a akan menyumbang dalam jumlah yang besar pula. Tidak pernah ada sedikit pun terpikirkan soal untung atau rugi, karena itu semua murni untuk berbagi.
Butuh Ketegasan dalam Pengelolaan
Mengelola uang dalam jumlah yang sangat besar---terlebih untuk didonasikan, bukan perkara mudah. Setiap saat ada saja netizen yang memberikan informasi terkait pasien yang membutuhkan sumbangan atau bahkan mereka sendiri yang "meminta" sumbangan pada Funny.
Melalui medium Instagram lah Funny mendapat semua informasi tentang siapa yang harus ia bantu. Setiap hari ia mendapatkan direct message berisikan informasi tentang mereka yang membutuhkan bantuan.
Namun tentu saja tidak semua informasi ia terima begitu saja tanpa pengecekan. Ia selalu mempertimbangkan siapa saja yang layak untuk mendapatkan donasi. Survei selalu ia lakukan ketika mendapat informasi tentang pasien yang direkomendasikan oleh follower-nya di Indtagram untuk diberi bantuan.
Ia melakukan survei melalui beberapa cara. Pertama ia lakukan screeningmelalui media sosial yang bersangkutan. Ia mengecek satu per satu media sosial pasien calon penerima sumbangan. Melalui postingan-postingan di media sosial tersebut ia lihat seberapa layak pasien tersebut untuk diberikan donasi. Kedua, ia survei melalui relawan. Jaringan relawan yang ia bentuk memang tidak banyak, tetapi cukup untuk menjangkau Jakarta dan beberapa daerah di luar Jakarta.
Para relawan tersebut akan melakukan pengecekan langsung pada calon penerima donasi. Kemudian relawan akan merekomendasikan apakah calon tersebut layak atau tidak. Untuk pasien yang berada di Jakarta, survei dilakukan oleh relawan tetap yang bergerak Bersama Funny. Sedangkan untuk pasien yang berada di luar pulau Jawa, survei dilakukan oleh para relawan insidentil. Relawan insidentil ini adalah mereka yang pernah mendapat bantuan yang disalurkan Funny.
"Nantinya setelah itu ada proses negosiasi antara saya dengan relawan, jika ternyat si pasien memang layak untuk diberi donasi. Negosiasi soal besaran sumbangan. Misalnya relawan meminta 3 juta, maka saya akan nego  5 juta. Negosiasinya naik. Ini saya lakukan karena saya tidak berhak sama sekali untuk menahan uang para dermawan yang terkumpul," tutur wanita berusia 45 tahun ini.
Unik memang. Biasanya negosiasi dilakukan untuk menurunkan harga, tetapi ini sebaliknya. Funny merasa bahwa uang yang ia pegang adalah sebuah amanat untuk disalurkan pada mereka yang membutuhkan. Jika memang pasien tersebut layak mendapat sumbangan, maka tidak ada salahnya untuk memberi dalam jumlah yang melebihi kata cukup.
Meski Funny tidak ingin menahan uang para dermawan yang diamanatkan padanya, ia tetap memberikan batasan-batasan agar uang yang disalurkan tepat sasaran. Misalnya pada 2017 lalu ada seorang penerima bantuan yang berasal dari Aceh. Ia baru saja mendirikan rumah kecil dengan segala keterbatasannya. Namun kemudian angin besar menerpa dan membuat rumah itu roboh. Seketika orang itu kembali tidak memiliki tempat bernaung.
Kemudian salah satu follower-nya di Instagram memberi informasi ini. Melalui relawannya yang ada di Aceh, ia kemudian melakukan survei dan ternyata orang tersebut memang layak mendapat donasi. Funny ketika itu langsung menyalurkan dana yang tidak begitu besar, tetapi lebih dari cukup untuk mendirikan kembali rumah sederhana yang dibangun di atas tanah kecil itu. Ia agak membatasi pemberian sumbangan ini karena tidak ingin Pempek Funny seolah menjadi ATM yang dananya tidak terbatas. Semua ia lakukan agar penyaluran donasi tepat sasaran.
Tak Ingin Muncul ke Permukaan
Meminta mbak Funnywati untuk diwawancarai bagi kami susah-susah-gampang. Kami sendiri melihat karakter beliau memang tidak ingin muncul ke permukaan. Begitu pula dalam aktivitasnya menyalurkan bantuan.
Beberapa kali ia diminta relawan untuk ikut turun ke lapangan beberapa kali itu juga ia menolak. Buat dia, cukuplah orang mengenal Pempek Funny tanpa mengenal Funnywati. Karena menurutnya suatu hari nanti seorang Funnywati tidak akan eksis lagi, tetapi nama Pempek Funny bisa akan tetap eksis selama di dunia ini masih ada kepedulian bagi sesama.
Itulah anggapan yang membuat dirinya enggan untuk turun langsung di lapangan, termasuk wawancara dengan media. Bahkan ketika kami bertanya soal pengalaman dan hal apa yang paling berkesan saat menjalani aktivitas ini beliau menjawab, "saat saya tidak dikenal oleh para pasien sebagai penyalur donasi,"
Pernah suatu ketika ia menyalurkan donasi pada seorang kakek yang tempat tinggalnya dekat dengan Funny. Suatu hari kakek tersebut sakit, Funny mengetahuinya dan melalui orang ketiga ia kemudian memberi bantuan pada kakek itu. Selang beberapa waktu, Funny kembali bertemu sang kakek dengan kondisi yang lebih prima dan sehat. Di sana ia merasa bahwa saat memberi sesuatu tidak harus semua orang tahu.
"Itu yang membuat saya senang. Karena saya memberi bantuan lewat orang lain. Saya tidak ingin dikenal dan tampil. Karena suatu hari nanti seorang Funny (saya) tidak akan eksis lagi, tapi Pempek Funny akan tetap eksis (sebagai media chairity),"
Kami melihat bahwa Pempek Funny layaknya seorang pengembara. Pengembara yang berjalan di hutan sunyi, di mana dalam perjalanannya ia menemui orang-orang yang tengah membutuhkan pertolongan. Pengembara itu member bantuan, kemudian pergi dan melanjutkan perjalanan hingga tidak tahu di mana ujungnya.
(yud/kml)
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H