Para relawan tersebut akan melakukan pengecekan langsung pada calon penerima donasi. Kemudian relawan akan merekomendasikan apakah calon tersebut layak atau tidak. Untuk pasien yang berada di Jakarta, survei dilakukan oleh relawan tetap yang bergerak Bersama Funny. Sedangkan untuk pasien yang berada di luar pulau Jawa, survei dilakukan oleh para relawan insidentil. Relawan insidentil ini adalah mereka yang pernah mendapat bantuan yang disalurkan Funny.
"Nantinya setelah itu ada proses negosiasi antara saya dengan relawan, jika ternyat si pasien memang layak untuk diberi donasi. Negosiasi soal besaran sumbangan. Misalnya relawan meminta 3 juta, maka saya akan nego  5 juta. Negosiasinya naik. Ini saya lakukan karena saya tidak berhak sama sekali untuk menahan uang para dermawan yang terkumpul," tutur wanita berusia 45 tahun ini.
Unik memang. Biasanya negosiasi dilakukan untuk menurunkan harga, tetapi ini sebaliknya. Funny merasa bahwa uang yang ia pegang adalah sebuah amanat untuk disalurkan pada mereka yang membutuhkan. Jika memang pasien tersebut layak mendapat sumbangan, maka tidak ada salahnya untuk memberi dalam jumlah yang melebihi kata cukup.
Meski Funny tidak ingin menahan uang para dermawan yang diamanatkan padanya, ia tetap memberikan batasan-batasan agar uang yang disalurkan tepat sasaran. Misalnya pada 2017 lalu ada seorang penerima bantuan yang berasal dari Aceh. Ia baru saja mendirikan rumah kecil dengan segala keterbatasannya. Namun kemudian angin besar menerpa dan membuat rumah itu roboh. Seketika orang itu kembali tidak memiliki tempat bernaung.
Kemudian salah satu follower-nya di Instagram memberi informasi ini. Melalui relawannya yang ada di Aceh, ia kemudian melakukan survei dan ternyata orang tersebut memang layak mendapat donasi. Funny ketika itu langsung menyalurkan dana yang tidak begitu besar, tetapi lebih dari cukup untuk mendirikan kembali rumah sederhana yang dibangun di atas tanah kecil itu. Ia agak membatasi pemberian sumbangan ini karena tidak ingin Pempek Funny seolah menjadi ATM yang dananya tidak terbatas. Semua ia lakukan agar penyaluran donasi tepat sasaran.
Tak Ingin Muncul ke Permukaan
Meminta mbak Funnywati untuk diwawancarai bagi kami susah-susah-gampang. Kami sendiri melihat karakter beliau memang tidak ingin muncul ke permukaan. Begitu pula dalam aktivitasnya menyalurkan bantuan.
Beberapa kali ia diminta relawan untuk ikut turun ke lapangan beberapa kali itu juga ia menolak. Buat dia, cukuplah orang mengenal Pempek Funny tanpa mengenal Funnywati. Karena menurutnya suatu hari nanti seorang Funnywati tidak akan eksis lagi, tetapi nama Pempek Funny bisa akan tetap eksis selama di dunia ini masih ada kepedulian bagi sesama.
Itulah anggapan yang membuat dirinya enggan untuk turun langsung di lapangan, termasuk wawancara dengan media. Bahkan ketika kami bertanya soal pengalaman dan hal apa yang paling berkesan saat menjalani aktivitas ini beliau menjawab, "saat saya tidak dikenal oleh para pasien sebagai penyalur donasi,"
Pernah suatu ketika ia menyalurkan donasi pada seorang kakek yang tempat tinggalnya dekat dengan Funny. Suatu hari kakek tersebut sakit, Funny mengetahuinya dan melalui orang ketiga ia kemudian memberi bantuan pada kakek itu. Selang beberapa waktu, Funny kembali bertemu sang kakek dengan kondisi yang lebih prima dan sehat. Di sana ia merasa bahwa saat memberi sesuatu tidak harus semua orang tahu.
"Itu yang membuat saya senang. Karena saya memberi bantuan lewat orang lain. Saya tidak ingin dikenal dan tampil. Karena suatu hari nanti seorang Funny (saya) tidak akan eksis lagi, tapi Pempek Funny akan tetap eksis (sebagai media chairity),"