Tak Memilkirkan Keuntungan
Sejak berdiri, Pempek Funny telah mengumpulkan serta menyalurkan nominal sumbangan dengan angka yang tinggi. Bahkan pada 2017 lalu, setidaknya uang tunai sebesar lebih dari 1 miliar berhasil disalurkan. Dana itu bukan hanya berasal dari hasil jualan pempek, tetapi banyak donator-donatur lain yang menitipkan sedikit rizki mereka untuk berbagi pada yang membutuhkan.
Ada sebuah fakta menarik. Mayoritas donatur yang menitipkan sumbangan untuk disalurkan melalui Pempek Funny ternyata bukan berasal dari tingkat ekonomi atas. Mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah ternyata jauh lebih peduli pada sesama.
"Bahkan ketika itu ada seorang driverojek Uber menitipkan sejumlah uang pada saya. Tidak banyak, tetapi niatnya itu yang saya apresiasi," cerita Funny.
Pempek Funny juga tidak hanya menyumbang dari hasil penjualan, tapi juga menyalurkan dari deramawan lainnya
Bagi Funny, tidak ada aturan baku soal berapa besar persentase jumlah sumbangan yang harus ia donasikan. Tidak ada besaran wajib berapa angka yang harus ia salurkan. Ia akan berbagi sesuai dengan angka penjualan pempek yang ia dapatkan. Jika pempek terjual dalam jumlah yang banyak, makai a akan menyumbang dalam jumlah yang besar pula. Tidak pernah ada sedikit pun terpikirkan soal untung atau rugi, karena itu semua murni untuk berbagi.
Butuh Ketegasan dalam Pengelolaan
Mengelola uang dalam jumlah yang sangat besar---terlebih untuk didonasikan, bukan perkara mudah. Setiap saat ada saja netizen yang memberikan informasi terkait pasien yang membutuhkan sumbangan atau bahkan mereka sendiri yang "meminta" sumbangan pada Funny.
Melalui medium Instagram lah Funny mendapat semua informasi tentang siapa yang harus ia bantu. Setiap hari ia mendapatkan direct message berisikan informasi tentang mereka yang membutuhkan bantuan.
Namun tentu saja tidak semua informasi ia terima begitu saja tanpa pengecekan. Ia selalu mempertimbangkan siapa saja yang layak untuk mendapatkan donasi. Survei selalu ia lakukan ketika mendapat informasi tentang pasien yang direkomendasikan oleh follower-nya di Indtagram untuk diberi bantuan.
Ia melakukan survei melalui beberapa cara. Pertama ia lakukan screeningmelalui media sosial yang bersangkutan. Ia mengecek satu per satu media sosial pasien calon penerima sumbangan. Melalui postingan-postingan di media sosial tersebut ia lihat seberapa layak pasien tersebut untuk diberikan donasi. Kedua, ia survei melalui relawan. Jaringan relawan yang ia bentuk memang tidak banyak, tetapi cukup untuk menjangkau Jakarta dan beberapa daerah di luar Jakarta.