Dimulai pada hari Minggu kemarin, Cendekiawan muslim asal India dr. Zakir Naik sedang melakukan safari dakwah di Indonesia. Hal ini menimbulkan beberapa opini di kalangan masyarakat Indonesia mengenai ulama yang sempat menuai kontroversi ini.
Selain itu, terdapat pula artikel mengenai menghitung jumlah demonstran di jalan menggunakan Google Maps. Berikut lima headline pilihan Kompasiana.
1. Cara Menghitung Jumlah Demonstran dengan Google Maps
Menghitung demonstran yang tumpah ke jalanan ternyata mudah. Perkiraan jumlah demonstran ternyata bisa dilakukan dengan menggunakan Google Maps dengan menggunakan fitur metrik. Walaupun belum terlalu akurat, pergerakannya sudah smooth dan kualitas gambar cukup tajam.
Perhitungan dengan Google Maps ini bisa bermanfaat bagi kepolisian untuk perimeter pengamanan aksi unjuk rasa. Selain itu, bisa digunakan untuk menghitung jumlah kendaraan mobil yang macet di jalan.
Bagaimana langkah-langkah memakai Google Maps untuk menghitung jumlah demonstran atau kendaraan di jalan ini? Simak ulasan selengkapnya dalam link berikut ini.
2. Zakir Naik Luput Memasukkan Agama sebagai Perekat Bangsa
Kompasianer Edy Supriatna Sjafei menceritakan mengenai keragaman harmoni antarumat beragama yang sudah berlangsung sejak sangat lama di Indonesia, jadi sejatinya pada momen Pilkada DKI Jakarta ini tidak usah saling menyinggung sampai menimbulkan perselisihan satu sama lain. Di Indonesia, agama adalah perekat bangsa, bukan alat pemecah bangsa.
3. Senjata Mahasiswa: Membaca dan Menulis
Mahasiswa yang berintelektual tentu memiliki beberapa karakteristik tertentu, yakni bisa memahami berbagai gejala sosial dari berbagai sudut pandang, dan tidak dibatasi hanya pada ilmu yang dimilikinya. Maka dari itu, minat membaca haruslah tinggi.
Namun, permasalahan yang terjadi saat ini adalah kurangnya minat mahasiswa dalam membaca dan menulis, mereka lebih suka berkutat dengan handphone daripada buku. Padahal, sebagai generasi pengubah bangsa, mahasiswa tidak boleh lelah untuk selalu membaca. Jangan hanya membawa gaya hidup yang pragmatis sampai dengan gaya pemikiran yang kolot.
4. Orang "Ketiga" yang Menyelamatkanmu dari Pasangan yang Salah
Pada kasus orang ketiga yang merebut orang yang sudah memiliki pasangan, ini merupakan hal yang benar-benar salah karena mengganggu hubungan orang lain. Tetapi pada kasus lain misalnya hubungan kamu sedang sangat bermasalah sampai berkali-kali sudah putus-nyambung sampai kamu lelah, kemudian muncul orang lain yang bisa lebih memperhatikan dan menghargai kamu, di sini lah kamu mulai "tertarik".
Namun semua itu tidak berarti terasa mudah. Karena semua keputusan ada di tangan kita sendiri, apakah menyambut "orang baru" tersebut atau tetap mempertahankan berhubungan dengan orang yang sama. Mungkin ini lah salah satu jawaban atau bahkan "teguran" Tuhan untuk kamu.
5. Jadi Penulis Pemula, Selamanya..
Ia selalu merasakan perasaan "lega" ketika menyelesaikan sebuah tulisan. Achmad menuturkan bahwa proses kreatif menulis merupakan sebuah lingkaran yang bergerak dalam jalur linier. Seorang penulis tidak boleh dan tidak mungkin berhenti dalam menulis.
Walaupun dalam menulis terkadang banyak hambatan seperti stagnasi yang bisa membunuh "kemanusiaan" penulis, sesungguhnya menulis merupakan sesuatu yang mengalir. Sudut pandang terhadap suatu tema tertentu memiliki jumlah yang terbatas. Karena itulah ketika penulis lahir kembali, ia akan jadi penulis pemula dan melihat dunia dengan mata pandang baru.
(FIA)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI