Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dia yang Sombong Tolak Timnas dan Para Pemenang Kuis Sepeda Presiden

10 Maret 2017   21:26 Diperbarui: 11 Maret 2017   20:00 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bimo di Situs Balekambang, situs pertama yang kami kunjungi. Foto: Diella Dachlan

Lalu mengapa banyak pemain yang ingin dinaturalisasi oleh Indonesia dan banyak pemain dengan karir mentereng menolak pinangan timnas? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

(Selengkapnya)

3. Mengintip Keasyikan Adu Jangkrik di Kupang

Adu Jangkri, permainan Tradisional yang mulai dilupakan/ Dokumentasi Pribadi
Adu Jangkri, permainan Tradisional yang mulai dilupakan/ Dokumentasi Pribadi
Kebanyakan masyarakat mungkin mengenal adu ikan cupang atau adu ayam yang sudah tidak diperbohkan, tapi bagaimana dengan adu jangkrik? Kali ini Arnold Adoe membuat artikel soal adu jangkrik yang ada di Kupang.

Adu jangkrik akan berakhir ketika lawannya tidak melawan atau lari. Pertandingan ini dilakukan tiga kali dalam satu babak dan tidak menggunakan arena yang megah. Akuarium yang dibawahnya diberi sedikit tanah sudah bisa dijadikan arena pas untuk jangkrik.

Jenis jangkrik yang dipertandingkan juga tidak sembarangan. Hanya jangkrik hitam legam dengan warna emas di belakang kepalanya saja boleh diikut sertakan dalam permainan. Para pengadu jangkrik harus berjuang mencari hewan yang hidup di malam hari ini di semak dan bebatuan.

Bagaimana keseruan pertandingan ini? Baca selengkapnya pada tautan di bawah ini

(Selengkapnya)

4. Sampai Kapan Kita Berbuat Kejam kepada Bumi dan Perempuan?

Sumber: northeasttoday.in
Sumber: northeasttoday.in
Manusia berfikir kedepan sehingga muncullah asap sebagai peradaban, itulah yang mungkin menjadi inti dari tulisan Achmad Saifullah Syahid. Ia melihat fenomena kerusakan alam yang dilakukan manusia dengan banyaknya asap yang mengepung setiap jengkal kehidupan manusia.

Manusia rajing mengukur indeks kualitas udara tetapi disaat yang sama kita menyemprotkan sap melalui kenalpot demi memuaskan keinginan untuk cepat dan terlihat manja. WHO melansir laporan tentang bahayanya lingkungan terhadap bayi. Tiap tahun ada 1,7 juta bayi terbunuh akibat polusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun