Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dia yang Sombong Tolak Timnas dan Para Pemenang Kuis Sepeda Presiden

10 Maret 2017   21:26 Diperbarui: 11 Maret 2017   20:00 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini kami menyoba membuat kumpulan artikel Headline di Kompasiana untuk Anda baca, karena amat disayangkan jika lima tulisan ini luput dari perhatian Anda. Berikut lima diantaranya.

Dia yang Sombong Bela Timnas dan Para Pemenang Sepedah Jokowi

1. Memaknai Kuis dan Hadiah Sepeda Presiden Jokowi

Maulana, siswa kelas 4 SD Assalam Ciputat mendapat hadiah sepeda dari Presiden Joko Widodo, Kamis (26/1/2017). (Kompas.com/Ihsanuddin)
Maulana, siswa kelas 4 SD Assalam Ciputat mendapat hadiah sepeda dari Presiden Joko Widodo, Kamis (26/1/2017). (Kompas.com/Ihsanuddin)
Presiden Joko Widodo memang kerap membuat kusi-kuis di berbagai acara dan hadiahnya selalu sama yaitu sepedah sporty. Teranyar, pada perayaan Hari Musik Nasional di istana negara ia melakukan hal serupa.

Kali ini hadiah yang di berikan kepada penyanyi Ibu Kota, Raisa Andriana. Sepeda sport yang diberikan jokowi itu karena pelantun lagu Terjebak Nostalgia ini berhasil menyebutkan enam lagu daerah. Kuis yang diberikan sang Presiden ini memang mudah, simpel dan bukan soal ujian nasional.

Menurut kompasianer bernama Jhon Miduk Sitorus, kesederhanaan ini meryrupakan cerminan Jokowi serta caranya untuk dekat dengan rakyat. Sebab pada sela-sela menjawab poertanyaan dari Presiden, ada saja peristiwa lucu yang mengundang gelak tawa. Lalu apa saja filosofi kuis dan hadiah sepeda dari Presiden Jokowi? Simak ulasan lengkapnya di sini.

(Selengkapnya)

2. Menolak Masuk Timnas, Sombong atau Realistis?

Penjaga gawang muda Juventus, Emilio Audero Mulyadi. (Kompas.com/Juventus)
Penjaga gawang muda Juventus, Emilio Audero Mulyadi. (Kompas.com/Juventus)
Sebelum pagelaran Piala AFF 2010, berita soal naturalisasi pemain sepak bola telah ramai diperbincangkan dan direalisasikan. Pemain-pemain hasil naturalisasi tersebut seperti Van Djik, Christian Gonzales, dan Irfan Bachdim. Kini dibawah kepemimpinan Edy Rahmayadi, PSSI hendak melakukan hal serupa demi memajukan sepak bola Indonesia.

Namun dalam usaha kali ini, ada pemain yang menolak membela Indonesia yaitu Emilio Audero Mulyadi. Pria ini adalah kiper dan berlaga di klub papan atas Serie A yaitu Juventus. Ketua PSSI pun berkomentar bahwa ia sombong banget. "Ada orang kita bernama Audero Mulyadi yang dari Juventus tapi sombongnya minta ampun," kata Edy ketika memberikan nasehat pada pemain seleksi timnas U-19 di National Youth Training Center, Sawangan, Depok, Sabtu (4/3), seperti diberitakan oleh Tribunnews.com.

 Menurut kompasianer bernama Irwan Rinaldi Sikumbang, kasus ini mirip dengan pemain AS Roma keturunan Indonesia, Radja Neinggolan. Pemain ini lebih membela Belgia ketimbang Tim Merah Putih, namun ia membela Indonesia lewat beberapa kreatifitasnya.

Lalu mengapa banyak pemain yang ingin dinaturalisasi oleh Indonesia dan banyak pemain dengan karir mentereng menolak pinangan timnas? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

(Selengkapnya)

3. Mengintip Keasyikan Adu Jangkrik di Kupang

Adu Jangkri, permainan Tradisional yang mulai dilupakan/ Dokumentasi Pribadi
Adu Jangkri, permainan Tradisional yang mulai dilupakan/ Dokumentasi Pribadi
Kebanyakan masyarakat mungkin mengenal adu ikan cupang atau adu ayam yang sudah tidak diperbohkan, tapi bagaimana dengan adu jangkrik? Kali ini Arnold Adoe membuat artikel soal adu jangkrik yang ada di Kupang.

Adu jangkrik akan berakhir ketika lawannya tidak melawan atau lari. Pertandingan ini dilakukan tiga kali dalam satu babak dan tidak menggunakan arena yang megah. Akuarium yang dibawahnya diberi sedikit tanah sudah bisa dijadikan arena pas untuk jangkrik.

Jenis jangkrik yang dipertandingkan juga tidak sembarangan. Hanya jangkrik hitam legam dengan warna emas di belakang kepalanya saja boleh diikut sertakan dalam permainan. Para pengadu jangkrik harus berjuang mencari hewan yang hidup di malam hari ini di semak dan bebatuan.

Bagaimana keseruan pertandingan ini? Baca selengkapnya pada tautan di bawah ini

(Selengkapnya)

4. Sampai Kapan Kita Berbuat Kejam kepada Bumi dan Perempuan?

Sumber: northeasttoday.in
Sumber: northeasttoday.in
Manusia berfikir kedepan sehingga muncullah asap sebagai peradaban, itulah yang mungkin menjadi inti dari tulisan Achmad Saifullah Syahid. Ia melihat fenomena kerusakan alam yang dilakukan manusia dengan banyaknya asap yang mengepung setiap jengkal kehidupan manusia.

Manusia rajing mengukur indeks kualitas udara tetapi disaat yang sama kita menyemprotkan sap melalui kenalpot demi memuaskan keinginan untuk cepat dan terlihat manja. WHO melansir laporan tentang bahayanya lingkungan terhadap bayi. Tiap tahun ada 1,7 juta bayi terbunuh akibat polusi.

Bumi tempat anak-anak hidup, tanah tempat anak-anak menapakkan kaki, udara yang mereka hirup, air yang mereka minum, makanan yang mereka makan—ibarat air susu ibu, dihasilkan oleh perempuan yang setiap saat mengalami kekejaman. Bagaimana artikel lengkapnya? Simak ulasannya di bawah ini.

(Selengkapnya)

5. Arca Domas dan Kompleks Situs Cibalay Gunung Salak

Bimo di Situs Balekambang, situs pertama yang kami kunjungi. Foto: Diella Dachlan
Bimo di Situs Balekambang, situs pertama yang kami kunjungi. Foto: Diella Dachlan
Situs Cibay merupakan kompleks situs yang berada di desa Tapos 1, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Menurut penuturan kompasianer bernama Diella Dachlan, di san aterdapat tujuh situs megalitikum yaitu situs endong kasang, situs balekambang, situs arca domas, situs jamipaciing, situs batu gores, situs pasir manggis, dan situs cipangantehan. Situs arca domas merupakan yang paling besar diantara ketujuhnya.

Menurut ulasan di papan informasi, Arca Domas ditemukan oleh NJ Krom tahun 1914. Situs ini berbentuk punden berundak lima tingkat yang umum ditemukan pada situs megalitikum. Situs ini digunakan untuk memuja arwah nenek moyang.

Situs arca domas adalah salah satu tempat yang sering digunakan untuk pemujaan dan ada juga orang yang datang untuk berziarah. Bagaimana kisah selengkapnya? Silahkan buka tautan di bawah ini.

(Selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun