"Natya..."
"Tidak perlu menemuiku lagi,Rayya. Â Aku sudah memiliki kehidupan sendiri," perasaan nyaman dan damai mengaliri seluruh nadiku.Â
Aku yakin, senyum dan kehangatan cinta Mas Arga menemani perkataanku. Selingkar cincin pertunangan adalah jawaban atas masa depanku, kelak bersama Mas Arga, jika Tuhan mengijinkan. Sudah setahun ia bertakhta di jari manis kiriku.
Kupersilakan Rayya menikmati secangkir kopi yang disuguhkan bunda sejak tadi. Dulu, aku sering membuatkannya untuk Rayya , kalau kami membuat tugas-tugas kuliah di ruang tamu atau di teras depan.Â
Dia tidak meminum kopi buatan Bunda. Hanya menatapku lekat. lalu sunyi kembali menyebarkan auranya. Mungkin, hari ini adalah hari terbaik buatku, walaupun aku sudah tak menginginkan demi dan atas nama apapun dalam hidupku.
Rayya, terlalu manis perjalanan empat tahun  menyelesaikan kuliah dengan kekuatan cinta dan dukungan kasih sayang kita. Tapi, cukuplah tersimpan sebagai kenanganmu. Kelak, menjelma sebagai butiran debu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H