Situasi politik yang kurang stabil di Indonesia, justru diinginkan dan akan dimanfaatkan betul oleh Singapura. Jika terjadi huru-hara yang mengerikan di Indonesia, pasti tujuan pertama WNI untuk menyelamatkan diri adalah Singapura.
Sesaat setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden, maka saat itu juga maka perang heroik ala Jokowi mulai. Lewat ‘Jenderal’ wanita bermental baja, Susi Pudjiastuti, Jokowi langsung menghajar perusahaan-perusahaan ikan di Thailand, Singapura, Philipina, Singapura, China, Vietnam yang banyak bergantung pada hasil ikan Indonesia.
Sepak terjang Jokowi di kancah nasional, terus diikuti oleh Ahok di ibu kota Jakarta. Gaya Ahok dalam memimpin ibu kota Jakarta memang luar biasa. Ia sama sekali tidak mengenal takut untuk menggusur pemukiman kumuh di atas tanah negara, melawan para preman, PKL liar, melawan anggota DPRD yang korup dan menegakkan aturan.
Nah inilah yang menakutkan Singapura. Jelas bukan sekarang, tetapi 5-20 tahun lagi.
Artikel ini mendapatkan 1.518 reaksi dan 446 share.
#Peringkat 1
Inilah Rumah Orang Kaya Itu
Penghuninya adalah seorang lelaki berumur 50 tahun yang bernama Salim atau biasa dipanggil Pak Salim. Dan Figo Kurniawan mengabadikan kisah lelaki ini dalam tulisannya.
Tidak seperti pola pikir masyarakat zaman modern yang pada umumnya cenderung materialisitis, Pak Salim bisa hidup dengan tenang dan damai meski secara materi kehidupannya sangatlah pas-pasan.
Bahkan, yang membuat terhenyak adalah ketika sebuah komunitas sosial Solidaritas Wajah Pribumi (WAPRI) yang berkantor pusat di Blitar bermaksud memberikan bantuan baik berupa uang ataupun paket sembako, Pak Salim dengan halus menolaknya.
"Uang ini saya terima, tapi tolong sampaikan kepada yang lebih berhak lagi. Masih banyak di luar sana yang lebih membutuhkan daripada saya" Itulah yang dikatakan Pak Salim.
Ya, di rumah kecil berdinding bambu dan berlantaikan tanah tersebut hidup seorang Pak Salim yang 'kaya'. Dengan mempertebal iman dan tak banyak keinginan, Pak Salim mampu hidup dengan damai dan nyaman dalam kesederhanaan. Bahkan, nuraninya mampu melihat bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang hidupnya jauh lebih memprihatinkan dari dirinya.