Meski awalnya banyak pihak terkesan kontra, lambat laun mulai memberi dukungan. Ada pula yang masih galau. Juga, ada yang menolak keras. Mungkin karena terkait?
Rupanya, sebelum Panama Papers diumumkan ke publik Internasional, melalui Menteri Keuangan dan Direktur Pajak, Presiden Jokowi sudah dan sementara Membuat Daftar “para pelanggar pajak,” yang bisa disebut sebagai Jokowi Papers. Jokowi Papers bersumber dari otoritas pajak negara-negara kelompok G-20.
Artikel ini mendapatkan 1010 reaksi dan 207 share di Facebook.
#Peringkat 3
Pak Jokowi dengan Sirene
Kali kedua Purwanto berpapasan kembali dengan rombongan RI 1 di tol yang sama. Dan kali ini rombongan presiden melaju tepat di samping mobilnya dengan lemparan senyum Presiden ketika beradu pandang dengan Purwanto. Dan kembali, rombongan tersebut tanpa sirine yang mengganggu.
Kali ketiga ia melihat rombongan RI 1 juga di tol yang sama. Namun rombongan kali ini datang dengan konvoi yang lebih banyak, lengkap dengan 2 orang sniper dan motor. Tetapi tetap tidak gaduh.
Dan untuk keempat kalinya, Purwanto kembali melihat rombongan RI 1 ketika mengarah ke senayan. Dan tentu saja tidak menggunakan sirine. Akhirnya Purwanto mencap Presiden Joko Widodo sebagai orang yang tidak mau muncul dengan kekerasan di jalanan, dengan suara sirine yang memekakkan telinga.
Artikel ini mendapatkan sebanyak 1.410 reaksi dan 351 share.
#Peringkat 2
Ketika Jokowi ‘Gila’ dan Ahok ‘Bajingan’, Skenario Singapura atas Indonesia Gagal
Artikel Asaaro Lahagu kembali menempati peringkat yang tinggi dalam jumlah popularitas di Facebook. Kali ini ia menuliskan naiknya Jokowi menjadi RI-1 adalah sesuatu yang ajaib (miracle). Tak banyak pihak yang yakin jika Jokowi berhasil menjadi Presiden. Menjelang Pilpres 2014 lalu, Singapura, negara-negara Eropa dan Amerika, sangat yakin bahwa Prabowolah yang menjadi penguasa Indonesia selanjutnya.
Dalam strategi dan kebijakan politik luar negeri Singapura, Indonesia diprediksi hingga sepuluh tahun ke depan, tidak akan banyak berubah. Dalam analisis para pengambil kebijakan politik negeri Singa itu, Prabowo tidak akan mampu membuat terobosan baru untuk memajukan Indonesia.
Selama ini, Singapura sangat nyaman dan menikmati kemakmuran yang setara dengan negara Barat. Salah satu penyebabnya adalah karena kebodohan negara tetangganya, Indonesia.