Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Kunci Pembebasan Sandera Abu Sayyaf

12 Mei 2016   11:01 Diperbarui: 13 Mei 2016   11:32 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brahma 12, salah satu kapal yang dibajak teroris kelompok Abu Sayyaf. Kompas.com

Pada awal Mei kemarin, 10 Warga negara Indonesia dari total 14 WNI awak kapal Brahma 12 dan Anand 12 berhasil dibebaskan dari jeratan kelompok teroris. Dan kemarin, Rabu (11/05/2016) Presiden Joko Widodo kembali mengumumkan bahwa 4 orang sandera lainnya telah berhasil dibebaskan. Keempat belas WNI ini merupakan korban penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok teroris pimpinan Abu Sayyaf sejak April lalu.

Kelompok teroris ini meminta uang tebusan senilai 50 juta peso atau hampir 15 miliar rupiah untuk membebaskan sebanyak 14 WNI yang ditawan. Namun, pemerintah menegaskan bahwa mereka tidak akan mengikuti kemauan penyandera untuk menyediakan uang sejumlah tersebut.

Pemerintah pun menjelaskan bahwa proses pembebasan 10 dari 14 sandera yang ditawan adalah hasil negosiasi penuh tanpa ada uang sepeser pun yang dikeluarkan. Namun tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan. Tidak sedikit pihak yang menilai bahwa pemerintah sengaja menutup-nutupi bagaimana proses pembebasan para sandera ini. Tidak sedikit pula yang menebak pembebasan ini dilakukan dengan membayar uang tebusan.

Tentu saja Kompasianer juga memiliki pendapat masing-masing tentang drama pembebasan sandera Abu Sayyaf ini. Dan berikut ini adalah 5 kunci pembebasan sandera Abu Sayyaf menurut Kompasianer.

1. Uang Tebusan Sandera dalam Perspektif Harga Diri Bangsa

KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Warga Negara Indonesia yang sempat disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Warga Negara Indonesia yang sempat disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta
Ada aroma uang tebusan dalam pembebasan 10 sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Meski Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan dan Menlu menegaskan tidak ada uang tebusan dari pemerintah namun keduanya tidak menampok ada uang tebusan dari perusahaan.

Yon Bayu beranggapan demikian. Bahkan menurutnya uang tebusan yang disediakan oleh perusahaan dibenarkan oleh Kivlan Zen, salah satu negosiator pembebasan sandera.

Yon Bayu menambahkan bahwa ada unsur politik dalam usaha pembebasan 10 sandera ini. Bahkan ada media yang mengatakan bahwa pembebasan ini merupakan jasa dari politikus Surya Paloh.

Ia menambahkan sebenarnya masyarakat Indonesia berterimakasih dan memberikan apresiasi tinggi kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembebasan sandera ini. Namun ketidakjujuran, aroma manipulasi, mencari panggung untuk kepentingan pribadi adalah hal yang memuakkan.

2. Ribut Rebutan Jasa

Milisi Filipina yang membantu pembebasan sandera Abu Sayyaf. Kompas
Milisi Filipina yang membantu pembebasan sandera Abu Sayyaf. Kompas
Di negeri ini jika bicara soal siapa yang berjasa, bisa-bisa dimanipulasi tergantung siapa yang paling banyak suara pendukungnya. Bahkan jika boleh, soal siapa saja yang berjasa ini bisa ditentukan lewat pooling SMS seperti menentukan pemenang di ajang pencarian bakat. Maka yang terpilih dan berjasa adalah yang banyak duit dan royal.

Imi Suryaputera menuliskan opininya bahwa sejarah sudah membuktikan mereka yang benar berjuang dan patut dikatakan berjasa justru kalah oleh pencitraan yang didukung mayoritas. Apalagi jika didukung oleh media dalam berbagai bentuk.

Ima menghubungkan soal pembebasan ini dengan jasa RA Kartini. Menurutnya, ada banyak pahlawan wanita yang tidak diragukan lagi jasanya seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartike, Cut Meuthia, dll. Namun yang lebih diakui adalah RA Kartini. Ini karena surat-suratnya yang menjadi media dan membuat namanya melambung. Sama seperti pada gaduhnya pembebasan 10 sandera Abu Sayyaf ini.

Terlalu banyak dari mereka yang benar-benar berjasa di negeri ini tapi dengan mudah dan seenaknya kita abaikan dan lupakan begitu saja, lalu kita sibuk berebut jasa yang bukan hak kita.

3. Siapa Berperan dalam Pembebasan 4 WNI yang Disandera Abu Sayyaf

Kompas/WAWAN H PRABOWO Keharuan menyelimuti penyambutan kedatangan anak buah kapal (ABK) kapal MV Sinar Kudus di Hotel Sheraton Bandara Soekarno-Hatta
Kompas/WAWAN H PRABOWO Keharuan menyelimuti penyambutan kedatangan anak buah kapal (ABK) kapal MV Sinar Kudus di Hotel Sheraton Bandara Soekarno-Hatta
Empat orang warga negara Indonesia (WNI) yang disandera Abu Sayyaf akhirnya dibebaskan. Presiden Joko Widodo mengumumkan kabar baik ini dan sebelumnya 10 sandera juga berhasil dilepaskan.

Publik tentu penasaran siapa saja yang paling berjasa dalam aksi pembebasan para WNI ini. Dan tentu saja rebutan klaim paling berjasa kemudian terjadi.

Namun berdasarkan sumber dari Kompasianer Niken Satyawati yang berasal dari dalam istana, aktor yang paling berjasa dalam pembebasan 4 tahanan yang baru terjadi ini adalah Agus Dwikarna. Ia dikenal sebagai pengusaha yang sempat ditahan Pemerintah Filipina selama 12 tahun.

Agus Dwikarna fasih berbahasa Tagalog karena telah memakai bahasa itu bertahun-tahun. Dia diminta Kemenlu untuk membuka jalan dan komunikasi dengan pembajak kapal yang ditumpangi para WNI. Aguslah yang mengidentifikasi dan berkomunikasi langsung dengan pihak pembajak (kelompok bersenjata Abu Sayyaf)

Menlu Retno merupakan simpul pembebasan itu, walau tidak secara langsung. Dalam hal ini yang paling aktif dalam langkah pembebasan adalah Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal.

Pak Iqbal dibantu staf Kedutaan RI di Manila, Teddy yang juga fasih berbahasa Tagalog. Teddy juga berperan penting karena dia sampai harus bergaul dengan orang-orang dari kelompok bersenjata pimpinan Abu Sayyaf dan MNLF.

Namun tentu saja pembebasan sandera tak akan terwujud bila tak ada kerja sama berbagai pihak.

4. Tontonan Tipi dan Nafsu Ngupi

Ilustrasi media. Memoryhole.com
Ilustrasi media. Memoryhole.com
Riuh rendah negeri ini muncul setelah cerita pembebasan sandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Media ramai memberitakan. Televisi penuh dengan cerita pembebasan ini.

A Baybar Roodee berkisah, dalam riuh rendah pemberitaan itu ada stasiun televisi yang berkesah mewahkan tentang peran besar bossnya dalam upaya pembebasan.

Namun sejatinya ada sebuah ungkapan luhur bahwa jika ingin membantu orang lebih baik diam-diam, jangan diriuh rendahkan supaya tidak rusak nilai ikhlas pertolongannya.

Bahkan terkesan ada saling rebutan jasa. Di salah satu stasiun televisi lain yang menjadi saingan politik, keterlibatan politikus yang mengklaim dirinya berjasa dalam pembebasan ini tidak disinggung sama sekali. Bahkan hanya fokus pada pernyataan pemerintah yang mengaku tidak membayar tebusan.

Dari artikel yang dibuat oleh A Baybar ini tersirat bahwa ia ingin menyimpulkan adanya kepentingan politik dan "perang" antar media dalam tarik menarik siapa yang berjasa dalam pembebasan sandera ini.

5. Pasca Pembebasan 10 WNI, Perlu Upaya Keras untuk Mencegah Terulangnya Penculikan oleh Abu Sayyaf

Presiden Jokowi menjawab pertanyaan wartawan. Presiden Jelaskan Kendala Pembebasan Sandara WNI di Filipina . Tribunnews.com
Presiden Jokowi menjawab pertanyaan wartawan. Presiden Jelaskan Kendala Pembebasan Sandara WNI di Filipina . Tribunnews.com
Pembebasan sandera yang ditawan oleh kelompok teroris pimpinan Abu Sayyaf ini memang patut disyukuri. Para sandera pulang dengan selamat kembali ke keluarga masing-masing.

Memang tampaknya masih ada tanda tanya serta pro kontra tentang benar atau tidaknya pembebasan WNI tersebut tanpa membayar uang tebusan, namun menurut Abdi Dharma hal ini tidaklah penting.

Ada hal yang jauh lebih penting, yaitu bagaimana mencegah agar peristiwa penculikan seperti ini tidak kembali terjadi. Kelompok Abu Sayyaf sudah jelas melakukan penculikan dan meminta tarif yang tinggi. Jika terus dibiarkan, maka penculikan seperti ini akan banyak terjadi di masa mendatang.

Memang dengan membayar uang tebusan, maka penculikan seperti ini akan terus menjamur. Tapi pembebasan semua sandera harus diprioritaskan terlebih dahulu dengan cara apapun. Jika terpaksa barulah uang tebusan jika hal tersebut memang satu satunya jalan yang tepat.

Setelah semua sandera bisa dibebaskan maka langkah selanjutnya adalah menumpas kelompok Abu Sayyaf agar industri penculikan yang dijalankannya dapat dihentikan dan peristiwa serupa tidak terjadi lagi dan lagi.

Selanjutnya sudah seharusnya pihak militer Filipina berada digaris terdepan untuk bertindak lebih dulu menumpas kelompok Abu Sayyaf karena selama ini otoritas Filipina telah melarang masuknya militer Negara lain memasuki wilayah negaranya. (YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun