Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah 7 Suara Kompasianer di Hari Kartini

25 April 2016   11:06 Diperbarui: 25 April 2016   20:54 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ninok mengajak pembaca untuk kembali berpikir kritis mengenai masalah ini. Dalam ulasannya ia sedikit menengok ke belakang di masa pra kemerdekaan sebelum Kartini lahir. Pada masa itu sebenarnya ada banyak sekali pejuang wanita yang berjuang untuk kemerdekaan.

Sebut saja Dewi Sartika (1884-1947) yang mendirikian sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910). Kemudian ada juga Rohana Kudus (1884-1972) yang mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia dan Rohana School.

Artinya tidak hanya R.A. Kartini yang berjuang di bidang pendidikan atau jika dibalik, kaum wanita yang berpartisipasi dalam perjuangan segala bidang tidak hanya Kartini namun ada sejumlah tokoh lain.

Oleh karena itu menurut Ninok akan lebih sesuai jika Hari Kartini diganti dengan Hari Emansipasi Wanita. Karena sesungguhnya bukan hanya Kartini yang telah berjasa besar dalam perjuangan kaum hawa.

3. Pesan Penting bagi Pria dalam Memaknai Hari Kartini

Memaknai Hari Kartini tentu saja bukan hanya urusan baju untuk Kartinian. Ada kontemplasi, ada perenungan. Hari Kartini bisa menjadi cermi bagi perempuan untuk berikhtiar menjadi wanita yang terdidik. Itulah yang dituliskan Hadi Santoso dalam ulasannya.

Memang, Hari Kartini bukan sekadar soal kebaya, konde atau hal lain yang berbau soal wanita. Di Hari Kartini juga ternyata ada porsi pelajaran penting untuk memaknai Hari Kartini bagi seorang pria.

Hadi menceritakan pengalamannya saat berbincang dengan seorang dokter. Menurut sejarah, R.A. Kartini meninggal beberapa hari setelah melahirkan. Tentu saja melihat hal ini menyiratkan bahwa Kartini masih berjuang hingga akhir hayatnya, setidaknya untuk anaknya sendiri.

Berdasarkan data yang didapat Hadi, setidaknya dalam tiga tahun terakhir ada 60 ibu hamil meninggal setiap tahunnya. Penyebabnya adalah penanganan yang tidak tepat.

Dari sinilah pria harus ambil bagian. Pria harus memberikan perhatian lebih banyak pada istri saat kehamilan. Seorang suami wajib tahu segala hal tentang kandungan istri. Tentu saja agar tidak ada kendala dalam kehamilan sang istri.

Memaknai Hari Kartini untuk menggugah kepedulian terhadap keselamatan ibu melahirkan adalah porsi besar yang harus dilahap oleh kaum pria.

4. Tantangan Kartini Masa Kini: (Masih) Persoalan Domestik

[caption caption="Ilustrasi Kartini masa kini. Sumber: Kompas"]

[/caption]Menyambut Hari Kartini, Kompasianer Kartika Kariono terlibat dalam sebuah diskusi singkat bersama beberapa rekannya. Dalam diskusi tersebut muncul pernyataan "Perlunya perubahan pola pikir mengenai pemahaman kesetaraan gender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun