"Menurut saya hal yang bagus dilakukan adalah perangi mereka, ketika satu orang memberikan apa yang mereka minta, mereka akan beranggapan bahwa kedudukan mereka sangat tinggi sehingga apa yang mereka pinta disetujui dan saya yakin mereka akan melakukan aksi berikutnya dengan menyandera kapal kapal lain yang melintas, perang habis mereka sampai ketitik terkecil tanpa sisa," tulisa Ihsanush.
Berbicara soal harga diri dan kedaulatan bangsa, Martin Tamaro Siburian juga berpendapat serupa. Ia menegaskan ketidaksetujuannya jika pemerintah menuruti apa yang diminta kelompo teroris Abu Sayyaf. Ia memiliki pandangan serupa dengan Ihsanush bahwa harga diri Indonesia akan direndahkan jika terus-terusan menuruti permintaan teroris.
"Tidak setuju. itu sama aja dengan merendahkan harga diri Indonesia," tulis Martin.
Olivia Armasi juga mengatakan hal serupa, ia menilai memerangi terorisme sangat berkaitan dengan kedaulatan dan kewibawaan bangsa. Dan Indonesia tidak boleh kalah hanya dengan ancaman-ancaman para teroris.
"Tidak Setuju. Kedaulatan dan Kewibawaan Bangsa adalah utama. Jika dengan segerombolan teroris negara kalah, bagaimana indonesia dimata negara lain? Kalaupun solusi harus dengan tebusan, mestinya perusahaan yg melakukan bukan atas nama Negara," tulisanya pada kolom Kontra.
Operasi militer memang menjadi salah satu opsi yang diperhitungkan. Bahkan Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa TNI siap memberikan bantuan apabila ada permintaan dari Filipina untuk menangani penyanderaan oleh Abu Sayyaf.
"Lokasinya ada di negara Filipina sehingga kami hanya memantau. Apa pun yang diperlukan oleh Filipina, kami siap mengirimkan bantuan. Saya sudah sampaikan ke panglima tentara Filipina. Siapnya bagaimana, itu adalah urusan saya," ungkapnya.
Dia juga menegaskan, saat ini prioritas TNI adalah menyelamatkan 10 WNI yang disandera. Semua satuan TNI sudah disiagakan dan terus melakukan koordinasi dengan tentara Filipina.
Kompasianer Abanggeutanyo juga menyatakan ketidak setujuannya jika Indonesia membayar uang tebusan yang diminta kelompok teroris ini. Menurutnya, ada dua faktor yang melatar belakangi sikapnya ini.
"Kelompok Abu Sayyaf (ASG) itu murni kelompok teroris. Pembajakan kapal itu bukan sekali ini saja terjadi. Jika dipenuhi kuatir terulang hal yang sama kembali," tulisnya.
Kemudian faktor kedua, menurut Abanggeutanyo Kemungkinan lain bukan ASG yang melakukan pembajakan itu melain geng kriminal internasional sebagai upaya balas dendam atas tertangkapnya sejumlah nelayan asing di perairan Indonesia dan kapal mereka diledakkan. Geng ini kemudian mengatasnamakan ASG.