Kita paham bahwa sudut pandang PM Abbott dengan Presiden Jokowi merupakan masalah beda prinsip yang sulit dipertemukan. Presiden Jokowi bertahan sebagai kepala negara dengan keputusan bahwa hukuman mati adalah hukum positif di Indonesia terkait kejahatan narkoba, dalam kondisi negara darurat narkoba. Jelas, di sini dibutuhkan ketegaran, "Negara" tidak boleh kalah. Kalau mengalah dengan Australia, sama artinya Indonesia akan kalah dengan mafia narkoba.
Begitu pula dengan PM. Abbot, atau siapa pun pemimpinnya, tentu sangat berat hati warga negara dibunuh/mati di luar wilayahnya.
Prayitno Ramelan, dalam artikelnya seperti yang di atas, berusaha menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi pasca pemutusan hukuman mati melalui kacamata intelijen, bahwa ada sebab akibat terkait sebuah peristiwa dari penundaan ekseskusi mati tersebut.
Koin untuk Australia dan Rasionalisasi yang Gagal
Kompasianer Nararya dalam artikelnya ini, menanggapi dengan kritis terkait munculnya kegiatan #koin untuk Australia yang sempat booming beberapa bulan lalu. Menurutnya, hal tersebut tidak perlu ditanggapi dengan serius sebab seruan yang pernah diucapkan PM Tonny ABbot terkait bantuan tsunami Aceh merupakan ucapan yang tidak rasional.
Seperti yang kita ketahui, akibat sindiran Australia terkait dengan bala bantuan yang pernah mereka berikan pada Indonesia beberapa tahun yang lalu, muncul beragam tanggapan dari masyarakat Indonesia. Di antaranya adalah muncul gerakan #koinforaustralia. Walaupun sampai akhirnya receh yang terkumpul tidak akan cukup mengangganti jutaan dollar uang bantuan yang telah diberikan Australia, fenomena #koinforasutralia ditanggapi menarik oleh Kompasianer dalam artikel “Koin untuk Australia Rasionalisasi yang Gagal”.
Tampak bahwa Abbott sedang melakukan rasionalisasi "pemberian" dua arah. Ke arah pemerintah Indonesia, ia mencoba membangkitkan ingatan kita akan "pemberian" Australia saat terjadi tsunami dulu untuk menciptakan behavior control. Tetapi bukan hanya itu. Secara politis, Abbott harus membuat move yang memperlihatkan keunggulannya mempertahankan kursi perdana menteri. Dan ini berarti, sama seperti rakyat dan pemerintah Indonesia, rakyat Australia pun sedang ada dalam bidikan behavior control-nya Abbott.
Surat Terbuka untuk Anggun C. Sasmi
Sama seperti Australia, Perancis pun tidak mau kalah. Mereka tetap ambil bagian dalam protes terhadap pemerintah Indonesia dan berharap 3 warga negaranya yang telah divonis mati oleh pengadilan Indonesia dibebaskan atas nama kemanusiaan. Dalam demo yang berlangsung di Perancis, muncullah sosok Anggun dalam barisan para demonstran, yang kemudian menuliskan surat keberatan atas vonis yang dilakukan pengadilan Indonesia. Surat yang dituliskan Anggun kepada Presiden Jokowi mendapat banyak cibiran dan balasan, salah satunya surat terbuka yang dituliskan oleh Kompasianer Ayu Utami, untuk Anggun C Sasmi.
Dalam surat tersebut, Ayu Utami sangat menyayangkan sikap Anggun yang hanya mempedulikan kesedihan keluarga terpidana mati, tetapi tidak mempedulikan Jutaan keluarga yang anaknya ketergantungan Narkoba. “Oke kalau yang anda pikirkan adalah nasib keluarga, anak dan istri dari Bapak Serge Atlaoui. Tapi pernahkan anda juga memikirkan bagaimana nasib dari keluarga pecandu Narkoba? Coba bayangkan mbak. Bayangkan.! Tidak hanya 1 keluarga tapi jutaan keluarga akan merasa tersayat hatinya jika tau bahwa ada keluarganya yang terjerat narkoba. Miris bukan?”
2. Respons Pasca Eksekusi Mati
Wisatawan asing yang sedang berjalan-jalan di pantai bali
sumber ilustrasi/travel.kompascom