Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ribuan Turis Australia Tetap Menyerbu Bali

30 April 2015   20:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:30 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_380933" align="aligncenter" width="586" caption="Bali masih menjadi favorit wisman, termasuk dari Australia (foto; kompas)"][/caption]

|Trending Article| Australia marah! PM Abbot pun menarik duta besarnya dan mengancam akan membekukan hubungan bilateral kedua negara lantaran Indonesia nekad melakukan eksekusi mati terhadap dua warga negeri kanguru tersebut. Kompasianer Fadli Zontor menulis artikel judul ; Waduh, Ribuan Turis Australia Memboikot Bali, rasa-rasanya kita jadi seperti akan kehilangan sesuatuyang besar sekali. Dalam artikel tersebut Fadli Zontor mengabarkan bahwa rakyat Australia sangat marah dengan Indondesia dan sebagai pelampiasannya warga Australia menyuarakan aspirasi mereka di jagad Twitter dengan Hastag #BoycottIndonesia dan #BoycottBali.

Menurut Fadli Zontor beginilah kira-kira ungkapan hati para netizen asal Australia tersebut : Sebuah Akun dengan nama Flicsh berkicau : “Bali telah mati di hati saya dan ribuan orang lainnya #boycottbali #boycottIndonesia”. Lalu akun lainnya Max Kinnings menulis, “Waktunya untuk memboikot Indonesia #BoycottIndonesia. Tidak termaafkan.” Berikutnya lagi Akun William Chambers berkicau : “Yang harus dilakukan sekarang adalah #BoycottBali untuk menunjukkan ketidaksetujuan Anda atas eksekusi mati. Pergi liburan ke Thailand atau Vietnam dan habiskan dollar Anda di dua negara ini #bali9”.

Lalu yang lebih seram, Kenneth One mencuit, “@jokowi_do2 jika Anda pikir narkoba adalah persoalan, tunggu sampai Anda tahu dampaknya bagi pariwisata”. Dan tidak cukup di Twitter saja, sebuah Page Facebook pun telah dibuat dan di Like oleh 10.000 orang. Page tersebut bernama Boycott Bali for The Boys. Disisi lain juga Page tersebut menjual Kaos secara online dimana kaos tersebut bertuliskan “F*#k Bali”. Ooh seramnya. Benarkah sedemikian seramnya, sedemikian seriusnya mereka memboikot Bali, tak akan mengunjungi Bali sebaga salah satu destinasi wisata internasional?

Kompasianer senior Tjiptadinata Efendi yang tinggal di Australia memaparkan dalam artikelnya yang berjudul; The Sydney Morning Herald; Eksekusi Bali Nine Tak Ada Pengaruh Kunjungan Ke Bali, antara lain menyebutkan bahwaMeski Menteri Luar Negeri Julie Bishop sejak dua bulan lalu sudah memperingatkan bahwa Australia dapat memboikot Indonesia, jika eksekusi terhadap Andrew Chan dan Sukumaran tetap dilaksanakan. Namun tak ada reaksi yang senada dengan himbauan Julie Bishop.

Kepala eksekutif Qantas Alan Joyce mengatakan bahwa maskapai tidak melihat bukti pelanggan memboikot Indonesia. ”Ini merupakan keputusan pribadi seseorang, untuk memutuskan terhadap apa yang ingin mereka lakukan dan bagaimana orang menerima pandangan mereka. Beberapa orang jelas tidak senang terhadap keputusan pemerintah Indonesia. Tapi ada banyak orang yang merasa tidak ada masalah dengan orang-orang Indonesia,” katanya di sela-sela makan siang National Press Club di Canberra.

Hingga saat ini tidak ada tanda-tanda dampak apapun, terhadap eksekusi yang telah terjadi. Para wisatawan Australia mampu memisahkan antara hubungan mereka dengan rakyat Indonesia dan keputusan dari pemerintah Indonesia. Tak tampak sama sekali adanya gejala boikot Indonesia, bahkan pemesanan tiket untuk penerbangan ke Indonesia tetap stabil. Hal ini setidaknya dapat memberikan gambaran secara umum, bahwa warga Australia pada umumnya, sama sekali tidak terpengaruh oleh apa yang dilakukan oleh Perdana Menterinya.

Pengamat politik di Australia, Aaron Connolly, sebagaimana dilansir kompas.com mengatakan bahwa tindakan diplomatik Pemerintah Australia untuk menarik Duta Besar Australia untuk Indonesia pasca-eksekusi terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran bisa menjadi bumerang. Peneliti Program Asia Timur dari Institut Lowy, menyayangkan langkah PM Abbott yang bertujuan mengekspresikan ketidaksenangan Australia. Connolly mengatakan, sebenarnya, ada pilihan lain yang tersedia untuk Pemerintah Australia.

Terkait ada masukan agar Pemerintah Australiamenangguhkan bantuan ke Indonesia, menangguhkan kerja sama di berbagai bidang, seperti keamanan dan kepolisian, Connolly justru mengemukakan bahwa opsi itu akan menjadi sebuah kesalahan. Dalam kasus penarikan duta besar, jelas PM Abbott mengisyaratkan bahwa hubungan dengan Indonesia sangatlah penting. "Saya pikir perkataan Perdana Menteri pagi ini tepat, tetapi dalam hal hubungan, Indonesia tentu percaya bahwa Australia lebih memerlukan Indonesia ketimbang negaranya memerlukan Australia," ujarnya.

Wapres JK pun yakin jika Australia nekad memutuskan hubungan dengan Indonesia mereka yang akan rugi sendiri. JK optimis, bahwa apa yang dilakukan PM Abbot hanya emosi sesaat saja. Panas-dingin hubungan Indonesia-Australia sudah beberapa kali terjadi. Jika emosinya sudah mereka, maka hubungan kedua negarapasti akan membaik kembali seperti sedia kala. So, Aksi #BoicotBali dan #BoicotIndonesia pastiya hanya dilakukan oleh segelintir orang, tidak mewakili mayoritas warga Australia, dan itu pasti hanya sebagai pelampiasan emosi sesaat. Besok-besok ribuan wisatawan Asutralia pasti akan kembali membanjiri Indonesia, tumplek-blek di Bali. Ngapain dibikin repoot? Hehe.. (Banyumas; 30 April 2015)

Met Rehat Malam Aja!

Before; Gila Kepalan Orang Ini Laku 1,5 Trilliun

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun