Masih saja kebencian itu kau umbar laksana aurat
Tiada hari tanpa hujat
Tiada menit tanpa umpat…”
Puisi ini adalah karya dari Kompasianer dari Planet Kenthir, Bain Saptaman. Melalui puisinya, Bain mengungkapkan kekecewaannya atas keadaan panas yang masih terasa meski pemilu presiden telah usai, dan presiden RI yang baru telah dipilih. Karena ditulis dengan jujur dan pilihan diksi yang unik, puisi ini berhasil meraih rating sebanyak 35 untuk kategori aktual, menarik, dan inspiratif.
11. Wiji, Puisi yang Tak Selesai
[caption id="attachment_387184" align="aligncenter" width="358" caption="Wiji Thukul (wartakota.tribunnews.com)"]
"Aku mengeja Wiji diantara buku dan televisi
Lalu melihat Wiji seperti susu dalam kopi
Hidupnya yang putih ditelan oleh hitamnya sejarah negeri
Kisahnya seolah hanya pemanis wacana tegaknya demokrasi..."
Puisi yang menceritakan kisah sendu aktivis Wiji Thukul ini ditulis oleh Kompasianer Akbar Bahar. Melalui puisinya, Akbar menggambarkan betapa kisah Wiji kini telah tergerus zaman dan terlupakan. Puisi Akbar berhasil menyedot perhatian pembaca Kompasiana dan meraih rating sebanyak 31 buah untuk kategori inspiratif, menarik, dan aktual.