Varian B.1.1.7 pertama kali terdeteksi di wilayah Kent, pada September 2020.
Sejak saat itu, mutasi virus corona menjadi strain dominan di Inggris dan menyebar ke luar wilayah dengan cepat, dan lebih dari 100 negara lain telah melaporkan kasus infeksi virus baru ini.
Varian B.1.1.7 memiliki 23 mutasi dalam kode genetiknya, jumlah perubahan yang relatif tinggi, dengan beberapa di antaranya membuat virus jauh lebih mampu menyebar.
Ilmuwan Inggris memaparkan, varian ini sekitar 40-70 persen lebih mudah ditularkan daripada virus corona gelombang pertama.
Baca juga: Efekifkah Vaksin AstraZeneca Tangkal Varian B.1.1.7? Ini Kata Kemenkes
Penyebarannya yang cepat di Inggris akhir tahun lalu memicu lonjakan kasus dan kematian.
Bahkan, pada 4 Januari 2021, diberlakukan penguncian nasional. Penguncian ini merupakan yang ketiga kalinya di negara itu sejak pandemi dimulai.
Hingga saat ini, Inggris telah mencatat lebih dari 4,3 juta kasus Covid-19, dengan virus telah menewaskan hampir 125.000 orang di seluruh negeri, salah satu jumlah kematian terburuk di dunia.
Dalam upaya untuk mengatasi krisis, para pejabat telah meluncurkan program inokulasi massal yang telah membuat lebih dari 22,5 juta orang, sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa Inggris, menerima setidaknya satu dosis vaksin hingga saat ini.
Bulan lalu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yakin vaksin yang saat ini digunakan di Inggris, diproduksi oleh Oxford-AstraZeneca dan Pfizer/BioNtech, efektif dalam melindungi dari kematian dan penyakit serius.Â
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin Covid-19 yang saat ini sedang dikembangkan atau telah disetujui di berbagai belahan dunia diharapkan dapat memberikan setidaknya beberapa perlindungan terhadap varian baru tersebut.