KOMPAS.com - Megalodon adalah hiu raksasa yang menghuni lautan jutaan tahun lalu. Para ilmuwan telah memastikan bahwa predator laut tersebut sudah punah 2,6 juta tahun lalu.
Akan tetapi, melalui sejumlah karya fiksi seperti film The Meg yang dirilis pada 2018 lalu, Megalodon dikisahkan masih hidup di kedalaman lautan dan bisa menjadi ancaman manusia.
Kepopuleran film tersebut juga mendorong orang untuk bertanya-tanya, benarkah Megalodon sudah punah?
Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh warganet Twitter melalui akun base @subtanyarl pada Minggu (7/3/2021).
"Kalian percaya ga kalo Megalodon masih ada sampe skrng?" tulis seorang sender di base itu.
Unggahan tersebut kemudian menarik perhatian warganet. Hingga Senin (8/3/2021) pukul 12.30 WIB, twit tersebut telah mendapat lebih dari 1.000 retweet dan 9,9 ribu likes.
Warganet juga mengutarakan pendapat mereka pada kolom reply unggahan tersebut.
Apakah hiu raksasa Megalodon masih hidup?
Melansir BBC, 10 Agustus 2018, pakar hiu dan Megalodon dari Universitas Swansea, Wales, Catalina Pimiento, mengatakan, Megalodon dipastikan sudah punah dan tidak ada lagi di lautan.
Dia mengatakan, para ilmuwan telah memperkirakan Megalodon punah sekitar 2,6 juta tahun yang lalu, bersamaan dengan kemunculan hiu putih besar, yang kini menjadi predator lautan.
Dalam film The Meg, Megalodon dikisahkan berhasil bertahan hidup hingga era modern, dan tinggal di perairan laut dalam yang berada di dekat wilayah China.
Akan tetapi, Pimiento mengatakan, sebenarnya Megalodon kemungkinan besar tinggal di perairan dangkal di area pesisir pantai dengan kedalaman tidak lebih dari 200 meter.
Menurut dia, jika Megalodon benar-benar masih hidup, maka umat manusia pasti sudah menemukan keberadaan hiu raksasa itu, karena habitatnya yang berdekatan dengan manusia.
"Itu (Megalodon) sudah pasti punah. Tidak mungkin makhluk itu masih ada dan hidup di sekitar kita," kata Pimiento.
Baca juga: Hiu Glow In the Dark Ditemukan di Perairan Selandia Baru
Ukuran Megalodon
Pimiento mengatakan, para ilmuwan berhasil memperkirakan ukuran asli Megalodon berkat temuan fosil-fosil gigi milik hiu raksasa itu.
Megalodon diperkirakan memiliki ukuran tubuh antara 13 meter hingga maksimal 18 meter. Jika diibaratkan, ukuran tubuh Megalodon setara dengan panjang dua bus double decker.
Menurut Pimiento, ukuran Megalodon yang besar itu sangat mengagumkan bagi ilmuwan.
Pasalnya, dengan ukuran tubuh sebesar itu, maka Megalodon harus bekerja ekstra keras untuk mendapatkan makanan.
"Jika dibandingkan dengan hewan darat misalnya, semua hewan terbesar di darat adalah herbivora. Jika Anda memiliki tubuh sebesar itu (Megalodon), maka Anda perlu makan banyak mangsa dan Anda perlu banyak berburu untuk menemukan makanan sebanyak itu," kata Pimiento.
"Itulah sebabnya Megalodon sangat menakjubkan. Karena dia berukuran raksasa dan juga merupakan predator karnivora," ujar Pimiento.
Penyebab kepunahan Megalodon
Tidak ada bukti pasti bahwa ukuran raksasa Megalodon menjadi penyebab kepunahannya, tetapi ketersediaan makanan hampir pasti merupakan faktor penyebabnya.
Megalodon adalah predator teratas di lautan pada masanya. Ia memakan mamalia laut besar lainnya, seperti paus dan lumba-lumba, dan mungkin juga memakan spesies hiu lain.
Akibat perubahan permukaan laut yang cepat sekitar 2,6 juta tahun, ekosistem pesisir yang dihuni oleh hiu raksasa itu mengalami perubahan.
Seperti dinosaurus, Megalodon menyukai suhu yang hangat. Megalodon berburu di laut dangkal yang hangat, terbukti dari gigi Megalodon yang ditemukan di setiap benua kecuali Antartika.
Melansir Live Science, 7 Februari 2020, Megalodon mungkin mengalami kepunahan ketika lautan di bumi mengering, dimulainya zaman es dan air hanya tersedia di kutub.
Hal itu kemungkinan menyebabkan hiu raksasa itu kelaparan akibat berkuranganya sumber makanan atau membeku hingga punah.Â
Di masa sekarang, posisi Megalodon sebagai predator teratas lautan telah digantikan oleh predator yang lebih kecil dan lebih gesit, seperti hiu putih besar.
Baca juga: Viral Bayi Hiu Berwajah Mirip Manusia, Peneliti Sebut karena Kelainan Genetis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H