KOMPAS.com - Tawa dan canda anak pecah di sudut ruang. Mereka asik bermain bermain kartu huruf bersama guru. Permainan ini mereka lakukan sepulang jam sekolah.
Inilah cara Zuliawati Ningsih dan Elok Tri Lestari membantu anak-anak lamban membaca agar segera terampil. Mereka menyediakan layanan dari tapal batas negeri, agar anak bangsa bisa membangun mimpi masa depannya.
Zuliawati Ninggsih (32 tahun) terlihat sibuk menunjukkan berbagai kartu bergambar. Ia sedang melakukan tes kemampuan membaca kepada anak-anak di kelasnya.
Dengan menunjukkan karta bergambar binatang atau buah-buahan ditempeli nama huruf depan atau nama dari buah dan binatang tersebut, Zuliawati mengidentifikasi level kemampuan membaca anak-anak di awal tahun pembelajaran.
Mendapat bantuan khusus
Zuliawati sudah 7 tahun menjadi guru. Dia mengajar di Kabupaten Malinau. Daerah ini berbatasan langsung Serawak, Malaysia. Sejak jadi guru, Zuliawati ditugaskan mengajar di kelas awal.
Zuliawati merancang alat sederhana untuk mendeteksi kemampuan membaca anak. Alat itu berupa kartu huruf dan kata. Ide itu Ia dapat setelah mendapat berbagai pelatihan literasi kelas awal.
”Satu-persatu anak yang baru masuk sekolah, saya minta membaca kartu huruf dan kartu kata. Dari sana saya bisa mengindentifikasi mana anak yang butuh bimbingan khusus,” terangnya.
Baca juga: Kaltara, Kawal Tapal Batas Indonesia lewat Kolaborasi Literasi
Ia membimbing anak-anak di kelasnya sesuai dengan kemampuan membaca yang didapatnya dari tes bermain kartu tersebut.
“Anak yang belum mengenal huruf tidak bisa diajari mengeja. Jadi saya ajari mereka mengenal huruf dulu. Sementara anak-anak yang sudah belajar mengeja saya sodori kartu-kartu bergambar yang berisi kata,” ujarnya.
Zuliawati sadar betul, anak-anak belum bisa membaca itu harus mendapat bantuan khusus. Ia tidak bisa hanya mengandalkan jam pembelajaran.
Sudut baca tumbuhkan minat
Ia juga menemukan beberapa orangtua siswa tidak bisa membaca. Sehingga tidak mungkin Ia mengandalkan orangtua sepenuhnya untuk membantu anak membaca. “Saya harus meluangkan waktu tambahan untuk membantu anak-anak ini,” tukas lulusan pendidikan guru sekolah dasar (PGSD).
Sepulang sekolah, Zuliawati melakukan bimbingan khusus. Ia memberikan layanan itu secara sukarela. Setiap hari selama 20 menit, anak-anak yang lamban membaca dilatih membaca dengan berbagai metode.
Ia bergantian menggunakan kartu huruf, mencocokkan huruf dengan gambar. Setiap minggu, Zuliawati menyempatkan diri membacakan cerita kepada anak.
Anak-anak senang jika dibacakan cerita. Mereka begitu antusias menyimak cerita-cerita dari buku bergambar, kubus kata, papan kata, papan bunyi. Metode ini cukup berhasil meningkatkan minat anak membaca.
Apalagi sekolah Zuliawati sekarang punya sudut baca. Banyak buku-buku menarik dipajang di sana. Anak-anak itu berlomba-lomba bisa membaca, agar bisa menikmati buku-buku cerita.
Selain bimbingan khusus, Zuliawati juga menerapkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
Belajar jadi menyenangkan
Pembelajaran didesain menggunakan ragam metode dan media. Anak-anak menjadi lebih aktif. “Mungkin dulu cara saya mengajar tidak membuat anak berminat belajar. Jadi sekarang saya mengubahnya agar lebih menyenangkan,”kata Zuliawati.
Dalam setahun, anak-anak Zuliawati menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Dua puluh empat anak bisa naik kelas. Mereka sudah bisa mengeja dua suku kata sederhana. Hanya satu anak yang tinggal kelas. "Itupun karena anak tersebut jarang datang ke sekolah,” tukasnya.
Seperti Zuliawati, Elok Tri Lestari juga memiliki siswa lamban membaca. Elok adalah guru honorer mengajar di kelas 3 di SDN 008 Baratan, Kabupaten Bulungan. Sekolah ini terletak di tepi Sungai Kayan. Sungai lebarnya bisa sampai tiga kali lapangan sepakabola.
Setiap awal pembelajaran, Elok melakukan identifikasi. Ia menggunakan gambar, kata dan kalimat. Awalnya anak akan diminta membaca kalimat. Jika tidak berhasil, maka anak akan diminta membaca kata.
Selain itu anak-anak diminta memilih gambar dan kata yang sesuai. Jika kata yang ditunjuk, tidak sesuai dengan gambar, maka anak diindetifikasi tidak bisa mengenali huruf. “Dari sini saya tahu kemampuan membaca anak,” tambah Elok.
Memerhatikan perasaan anak
Elok punya dua strategi dalam membantu anak belajar membaca. Ketika jam pembelajaran, Elok menempatkan anak yang lamban membaca duduk di dekat guru. Dengan begitu Ia bisa memberikan perhatian lebih.
Selain itu Elok juga membuat tugas berbeda bagi setiap anak. Tugas itu disesuikan dengan kemampuan anak.
“Bagi anak yang cepat belajar, tugas yang terlalu mudah akan membuat mereka tidak tertantang belajar. Begitu pula sebaliknya bagi anak yang lamban belajar, tugas yang sulit akan membuatnya tidak berkembang,” tambahnya.
Di luar jam pembelajaran, Elok menyediakan waktu layanan khusus. Anak diajak membaca dengan menggunakan berbagai metode. Tetapi Elok tidak mematok hari dan jam layanan ini. Semua tergantung mood anak.
Ia selalu menanyakan kepada anak, apakah mau diberi tambahan jam belajar di sekolah. Jika anak tidak berminat, maka Elok akan menundanya.
Bagi Elok penting sekali untuk memperhatikan perasaan anak. Ia tidak ingin anak tertekan. Ia berusaha agar anak menikmati tambahan belajar membaca. Salah satunya dengan cara anak diajak belajar sambil bermain. “Saya membangun kedekatan dengan anak,” tambah Ibu satu anak ini.
Pembelajaran baca kelas awal
Saat ini Kabupaten Bulungan sedang menggalakkan pembelajaran membaca kelas awal. Guru-guru kelas awal dilatih untuk membantu anak-anak yang lamban membaca.
Sudjati, SH, Bupati Bulungan mengatakan,“Guru-guru harus menyadari bahwa anak-anak di kelasnya tidak semuanya pandai. Oleh sebab itu guru-guru di kelas awal haru membantu anak-anak yang lamban supaya mampu membaca dengan baik sebelum selesai kelas 3."
Sebab kemampuan membaca sangat penting. Jika anak gagal mempunyai kompetensi membaca pemahaman, maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran lain di kelas selanjutnya, jelasnya.
Dalam sambutannya dalam perayaan Hari Guru 26 November 2018 di Tanjung Selor, Sudjati menyampaikan bahwa untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas awal, Kabupaten Bulungan telah menetapkan tiga kebijakan.
Ketiga kebijakan tersebut adalah: (1) pengadaan buku bacaan anak non matapelajaran yang didanai melalui Biaya Operasional Sekolah daerah (BOSDA); (2) peningkatan mutu guru kelas awal dalam mengajar membaca, dan (3) pelayanan khusus kepada anak-anak yang lamban membaca.
Penurunan partisipasi kelas awal
Analisis terhadap data dapodik di kabupaten-kabupaten di Kaltara yang dilakukan oleh INOVASI saat Rapid Situation Participatory Assessment (RSPA) tahun 2016 menemukan penurunan angka partisipasi sekolah di kelas awal.
Secara keseluruhan di provinsi, terdapat kekurangan partisipasi 400 siswa laki-laki dan 250 siswa perempuan tahun kedua di tahun 2016, dibandingkan dengan tahun pertama yakni 2015. Bisa diduga drop out anak kelas awal ini karena anak tidak bisa membaca.
Handoko Widagdo, Manajer Provinsi INOVASI Kaltara mengatakan sekolah perlu menyediakan layanan khusus bagi anak yang lamban membaca. Setiap anak memerlukan bantuan berbeda, agar potensi tergali sehingga bisa berkembang.
“Bu Zuliawati dan Bu Elok merupakan dua contoh baik, bagaimana sekolah membantu anak untuk cepat membaca,” tambahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H