KOMPAS.com – "Sebelum mendarat kami persilakan kepada Anda untuk menegakkan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka di hadapan Anda, mengencangkan sabuk pengaman, dan membuka penutup jendela."
Instruksi itu selalu disampaikan oleh pramugari saat pesawat hendak lepas landas dan mendarat.
Mungkin Anda bertanya-tanya, untuk apa semua itu harus dilakukan, terutama perintah menegakkan kursi dan membuka penutup jendela.
Pertimbangan utamanya memang keselamatan penumpang dan kru pesawat. Dilansir dari Airspace Magazine dan Independent, berikut penjelasannya.
Tegakkan kursi, lipat meja
Fleksibilitas kursi pesawat bisa diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan kenyamanan penumpang.
Akan tetapi, saat pesawat akan lepas landas dan mendarat, seluruh penumpang diminta untuk menegakkan posisi kursi seperti semula.
Posisi tegak biasanya  tidak disenangi, karena kurang rileks untuk menyandarkan badan. Namun, hal ini mau tidak mau dilakukan oleh penumpang burung besi demi keselamatan semua pihak.
Mengapa demikian?
Pramugara dari maskapai Mesa Airlines, Brian Manning menjelaskan mengapa kondisi kursi harus tegak. Kursi yang tegak berarti terkunci dan stabil.Â
"Ketika kursi sudah tegak, itu terkunci. Ketika kursi dikendurkan, dia tidak dikunci. Dalam keadaan darurat, kursi yang tidak terkunci tidak stabil, gerakan kursi yang tidak terkunci itu dapat menyebabkan cedera penumpang," kata Manning.
Baca juga: Tanggung Jawab Besar Pramugari, Mengutamakan Keselamatan Penumpang
Â
Sandaran kursi harus ditegakkan untuk dua alasan utama. Pertama, kondisi kursi yang tegak dapat meminimalisasi cedera pada saat terjadi gangguan penerbangan.
Selanjutnya, posisi kursi tegak dapat memudahkan akses keluar penumpang yang duduk di belakang Anda.
Bayangkan, apabila kursi Anda dalam keadaan tidak ditegakkan, kepala penumpang yang duduk di belakang Anda akan sangat dekat posisinya dengan kursi bagian atas milik Anda. Dengan begitu, kemungkinan penumpang mengalami benturan dan cedera menjadi besar.
Hal lain, keadaan rileks atau dengan kemiringan lebih dari 90 derajat akan menyulitkan penumpang yang duduk tepat di belakang Anda dalam mendapat akses keluar untuk menyelamatkan diri. Dia akan terjebak di ruang kursi yang sempit.
Dua alasan sederhana itulah yang melatarbelakangi mengapa pramugari selalu mengingatkan para penumpang untuk menegakkan punggung kursi saat take off dan landing.
"Karena kebanyakan kecelakaan terjadi saat pesawat lepas landas dan mendarat, untuk keselamatan semua orang yang ada di pesawat, petugas harus memastikan kursi tegak dan terkunci," ujar Manning.
Untuk mempermudah penyelematan, tidak hanya kursi yang harus ditegakkan, meja yang ada di depan tempat duduk juga harus segera dilipat.
Buka penutup jendela
Instruksi selanjutnya, di saat yang sama penumpang diminta untuk membuka penutup jendela. Lagi-lagi ini harus dipatuhi untuk alasan keamanan.
Menurut penjelasan dari Petugas Keselamatan Penerbangan, Saran Udayakumar, membuka penutup jendela saat take off dan landing memiliki tiga tujuan.
Pertama mempermudah evakuasi yang akan dilakukan oleh awak kabin karena sudah mengetahui keadaan di luar melalui kaca jendela.
Dengan hal itu, mereka dapat melakukan  rencana evakuasi terbaik yang paling memungkinkan untuk diterapkan. Pintu mana yang bisa digunakan untuk evakuasi dan sebagainya.
Kedua, untuk memudahkan orang yang ada di luar pesawat mengetahui keadaan dalam pesawat yang mengalami gangguan penerbangan.
Terakhir, untuk memudahkan laporan gangguan yang terjadi di badan pesawat. Penumpang dapat melihat dari kaca jendela apabila badan pesawat mengalami gangguan, misalnya pada bagian sayap terjadi percikan api dan sebagainya.
"Penumpang itu banyak rasa penasaran, mereka punya penglihatan ekstra jika sesuatu yang salah terjadi. Biasanya penumpang melaporkan gangguan-gangguan yang mereka temui dengan segera," kata Saran.
Meredupkan lampu
Satu lagi prosedur yang dilakukan dalam sebuah penerbangan jika pesawat hendak lepas landas ataupun mendarat, yakni meredupkan cahaya lampu yang ada. Hal ini utamanya dilakukan pada penerbangan malam hari.
Seorang professional di industri aeronautika, David Robinson, memberikan penjelasannya.
Menurut dia, kemampuan mata untuk menyesuaikan diri dari keadaan terang ke gelap membutuhkan waktu. Sementara waktu yang tersedia untuk orang menyelamatkan diri dari kecelakaan yang terjadi di pesawat sangat terbatas, yakni 90 detik.
Untuk mengoptimalkan evakuasi, jika terjadi hal-hal buruk, meredupkan lampu pun dilakukan.
Tujuannya tidak lain agar penglihatan para penumpang disesuaikan dengan keadaan gelap di luar pesawat. Jika sudah begitu, proses evakuasi dapat berjalan dengan lebih cepat karena mata sudah disesuaikan dengan kondisi gelap di luar.
"Jika Anda sudah sedikit menyesuaikan diri dengan kondisi cahaya rendah sebelum insiden terjadi, Anda akan memiliki visibilitas 1.000 kali lebih baik dibandingkan jika Anda tiba-tiba terjun ke kegelapan. Sementara Anda hanya memiliki 90 detik untuk turun dari pesawat," kata David.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H