Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Atlet Asian Games, Jangan Lupa Menabung

9 September 2018   14:29 Diperbarui: 9 September 2018   14:34 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menko PMK Puan Maharani saat pertemuan Presiden Jokowi dengan atlet peraih medali Asian Games 2018 di Istana Negara, Minggu (02/9/2018) pagi. Kompas.com

Baca juga: 7 Fakta Si Macan Asia, Rumah Hampir Roboh hingga Tak Punya BPJS

Majalah Time pernah menulis tentang 10 atlet sangat kaya yang kemudian dihantam kesusahan finansial dan beberapa diantaranya bangkrut.

Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) yang dimuat di majalah Sports Illustrated pada 2009 pernah mengungkapkan sebuah data yang memperihatinkan. Sebanyak 78 persen pemain National Football League (NFL) atau liga untuk sepak bola khas Amerika Serikat bangkrut setelah dua tahun pensiun.

Presiden Joko Widodo (kanan) menyalami dan memberikan buku tabungan kepada lifter Eko Yuli Irawan (kiri) saat pemberian bonus kepada atlet peraih medali di Istana Negara, Jakarta, Minggu (2/9/2018). Pemerintah memberikan bonus kepada para atlet yang berhasil meraih medali dalam ajang Asian Games 2018.Kemudian, ada sekitar 60 persen pemain National Basketball Association (NBA) juga bangkrut setelah enam tahun pensiun.

Seluruh catatan ini tentu saja tidak bermaksud merusak kebahagian para atlet yang telah menyumbangkan medali, namun sesungguhnya diharapkan menjadi pengingat sederhana di pojok gemerlap lapangan dan sorot kamera.

Lavallee & Grove (1997) mengidentifikasi bahwa individu dengan identitas atletik yang tinggi pada saat pensiun lebih mungkin mengalami tingkat kesulitan penyesuaian emosional yang lebih tinggi.

Bill Cole seorang pelatih dengan kinerja paling terkenal di dunia dan telah bekerja dengan banyak atlet, menemukan mereka harus berjuang untuk mencapai masa pensiun mereka.

Salah satu faktor penting adalah rasa kehilangan yang mendalam dalam hidup mereka para atlet setelah menghabiskan hari-hari mereka yang penuh persaingan dan kompetisi.

Russ Hafferkamp pendiri and CEO of the Athlete Success Network and Managing Director and Co-Founder of Career Athletes LLC mendefinisikan itu sebagai tunnel vision syndrome, yakni situasi ketika para atlet sepanjang kariernya menghabiskan terlalu banyak waktu hanya memikirkan pelatihan, persaingan dan hasil, namun selepas pensiun tidak siap dalam perspektif yang seimbang meniti peluang karir di "dunia nyata".

Bagi sebagian atlet periode transisi ini akan dijalani dengan mulus dan tanpa insiden, tapi bagi banyak atlet lainnya situasi tersebut akan menjadi pengalaman yang membingungkan dan membuat frustrasi.

Fenomena psikologis tersebut memengaruhi banyak atlet dalam berbagai tingkat pada tahap karier mereka. Seringkali pelatih, orangtua, dan agen olahraga profesional dapat melihatnya. Namun, atlet tidak menyadari bahwa mereka menderita tunnel vision syndrome ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun