Baca juga: 7 Fakta Si Macan Asia, Rumah Hampir Roboh hingga Tak Punya BPJS
Majalah Time pernah menulis tentang 10 atlet sangat kaya yang kemudian dihantam kesusahan finansial dan beberapa diantaranya bangkrut.
Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) yang dimuat di majalah Sports Illustrated pada 2009 pernah mengungkapkan sebuah data yang memperihatinkan. Sebanyak 78 persen pemain National Football League (NFL) atau liga untuk sepak bola khas Amerika Serikat bangkrut setelah dua tahun pensiun.
Kemudian, ada sekitar 60 persen pemain National Basketball Association (NBA) juga bangkrut setelah enam tahun pensiun.
Seluruh catatan ini tentu saja tidak bermaksud merusak kebahagian para atlet yang telah menyumbangkan medali, namun sesungguhnya diharapkan menjadi pengingat sederhana di pojok gemerlap lapangan dan sorot kamera.
Lavallee & Grove (1997) mengidentifikasi bahwa individu dengan identitas atletik yang tinggi pada saat pensiun lebih mungkin mengalami tingkat kesulitan penyesuaian emosional yang lebih tinggi.
Bill Cole seorang pelatih dengan kinerja paling terkenal di dunia dan telah bekerja dengan banyak atlet, menemukan mereka harus berjuang untuk mencapai masa pensiun mereka.
Salah satu faktor penting adalah rasa kehilangan yang mendalam dalam hidup mereka para atlet setelah menghabiskan hari-hari mereka yang penuh persaingan dan kompetisi.
Russ Hafferkamp pendiri and CEO of the Athlete Success Network and Managing Director and Co-Founder of Career Athletes LLC mendefinisikan itu sebagai tunnel vision syndrome, yakni situasi ketika para atlet sepanjang kariernya menghabiskan terlalu banyak waktu hanya memikirkan pelatihan, persaingan dan hasil, namun selepas pensiun tidak siap dalam perspektif yang seimbang meniti peluang karir di "dunia nyata".
Bagi sebagian atlet periode transisi ini akan dijalani dengan mulus dan tanpa insiden, tapi bagi banyak atlet lainnya situasi tersebut akan menjadi pengalaman yang membingungkan dan membuat frustrasi.
Fenomena psikologis tersebut memengaruhi banyak atlet dalam berbagai tingkat pada tahap karier mereka. Seringkali pelatih, orangtua, dan agen olahraga profesional dapat melihatnya. Namun, atlet tidak menyadari bahwa mereka menderita tunnel vision syndrome ini.