SIMALUNGUN, KOMPAS.com - Peristiwa tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Perairan Danau Toba awal pekan ini menimbulkan perhatian besar di mata publik.
Pasalnya, kapal itu mengangkut penumpang dengan muatan berlebihan dari bobot idealnya yang hanya cukup menampung 60 orang.
Situasi itu diduga berperan signifikan selain faktor cuaca buruk di kawasan danau.
Baca juga: Pasca Tenggelamnya KM Sinar Bangun, Kemenhub Akan Keluarkan Surat Edaran
Korban hilang yang pada awalnya sekitar 39 orang, berubah signifikan menjadi 184 orang. Angka itu berubah akibat banyaknya pengaduan dari masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya.
Hingga kini, manifes kapal yang juga memuat keterangan jumlah penumpang tak kunjung diketahui.
Persoalan semakin rumit ketika tim pencari korban yang dipimpin oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas menemui tantangan tersendiri dalam mencari korban.
Baca juga: Menhub Targetkan Penemuan Korban KM Sinar Bangun Lebih Optimal
Situasi itu membuat sejumlah anggota keluarga korban mengeluh karena pencarian korban cenderung lamban.
Hingga Kamis (21/6/2018), jumlah temuan korban terdiri dari 19 orang selamat, 3 orang meninggal dunia, dan 184 orang lainnya masih dalam pencarian.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan bahwa polisi sudah mengamankan TS, nakhoda KM Sinar Bangun.
Baca juga: Basarnas Perluas Pencarian Korban KM Sinar Bangun hingga 10 Kilometer
Saat ini, TS masih menjalani pemeriksaan di Polres Samosir. Dugaan sementara, terdapat unsur kelalaian.
"Informasi dari nakhoda, sudah sering dia membawa penumpang melebihi kapasitas. Kapal itu bobot gross-nya 17 ton, idealnya menampung 60-an orang saja, tetapi dia mau menampung sampai 150 orang," tutur Tito saat meninjau pencarian korban hilang KM Sinar Bangun di dermaga Tigaras, Kamis (21/6/2018).
Baca juga: Basarnas: Korban Hilang Diduga Terjebak di Dalam Badan KM Sinar Bangun
Bahkan sebelumnya, Kapolres Simalungun AKBP Marudut Liberty Panjaitan menyebutkan, nama nakhoda tersebut tidak terdapat dalam daftar nama korban yang hilang. Diduga, TS tidak ikut dalam pelayaran naas tersebut.
"Ada yang aneh dalam pengungkapan kasus tenggelamnya KM Sinar Bangun. Karena dalam daftar korban yang selamat maupun yang hilang, nama nakhoda tidak ditemukan," ungkap Marudut.
Â
Tantangan pencarian
Pencarian dinilai cukup menantang karena kondisi Danau Toba yang sulit.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M Syaugi menyatakan, pihaknya telah menerjunkan penyelam untuk melakukan pencarian korban.
Basarnas menurunkan 70 anggota pencarian termasuk Basarnas Special Group (BSG) yang mempunyai kemampuan menyelam hingga kedalaman tertentu.
Baca juga: TNI Terjunkan Pasukan Katak Cari Korban KM Sinar Bangun
Sejumlah peralatan pendukung pun digunakan, seperti Remoted Operated Underwater Vehicle (ROV), Multi-Beam Side Scan Sonar hingga jet booth.
Namun, kata Syaugi, Danau Toba memiliki kedalaman sekira 300 hingga 500 meter. Airnya pun keruh dan sangat dingin.
"Di dalam sudah diselami sampai 50 meter masih belum ditemukan apa-apa karena cukup gelap di dalam. Airnya keruh dan dingin sekali," ujar Syaugi dalam konferensi pers di Posko Nasional Angkutan Lebaran 2018 di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu (20/6/2018).
Baca juga: Kapolri: Nakhoda KM Sinar Bangun Sudah Sering Bawa Kapal Overload
Syaugi mengungkapkan, tim penyelam pun sudah menggunakan senter untuk mencari korban di dalam air. Akan tetapi, senter tersebut hanya bisa menjangkau jarak pandang 5 meter.
"Kendala yang dihadapi apa? Pertama, cuaca di situ, bila hujan. Dinginnya air. Menyelam pada malam hari bisa dibayangkan betapa dinginnya," jelas Syaugi.
Syaugi mengaku masih kesulitan mencari korban. Saat ini, pihaknya fokus pada pencarian kapal. Ia menduga korban yang hilang terjebak di dalam badan kapal.
Baca juga: Nakhoda KM Sinar Bangun Tak Tercantum di Daftar Korban, Diduga Tak Ikut Berlayar
"Kemungkinan orang-orang masih banyak yang di dalam kapal, makanya kita mencari kapal itu. Karena sampai 4 hari kita mencari di permukaan hanya menemukan tiga orang itu (korban meninggal)," kata Syaugi di Posko Terpadu Kecelakaan KM Sinar Bangun, Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (21/6/2018).
"Kami belum mendapatkan korban lain lagi sampai hari ini, sampai sekarang kita juga masih menunggu manifes yang betul itu berapa, karena masih simpang siur," kata Syaugi.
Â
Optimalkan pencarian
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berjanji akan terus mengoptimalkan pencarian korban tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Perairan Danau Toba.
Budi menegaskan, pihaknya terus memperkuat kerjasama dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Polri, TNI, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan masyarakat setempat.
Baca juga: KM Sinar Bangun Tenggelam di Danau Toba, Polisi Periksa 7 Saksi
Menurut Budi, setiap pihak telah bekerja sesuai tugasnya masing-masing, mulai dari pencarian korban, pengumpulan fakta-fakta peristiwa dan investigasi, hingga identifikasi korban.
"Kami akan lakukan semua itu konsisten, kami akan optimalkan pencarian agar apa yang kami peroleh bisa lebih banyak dan bisa memberikan ketegasan bahwa kita memang mampu," kata Budi di Posko Kecelakaan KM Sinar Bangun Dermaga Tigaras, Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (21/6/2018).
Budi kembali menegaskan pemerintah serius menangani peristiwa ini. Presiden, kata Budi, telah menginstruksikan dirinya dan pihak-pihak terkait untuk mengedepankan pencarian secara terpadu.
Baca juga: Polisi Tangkap Nakhoda KM Sinar Bangun di Samosir
Di sisi lain, ia berharap kepada Basarnas untuk lebih berjuang keras dalam mendapatkan korban yang masih hilang.
"Dan KNKT juga melakukan pencarian fakta agar kita bisa mengetahui sebab-sebab kecelakaan dan dasar bagi kita untuk memperbaiki tata kelola pelayaran di Indonesia dan khususnya di Danau Toba," kata dia.
Untuk mendukung pencarian, TNI juga menerjunkan 25 anggota Pasukan Katak.
Baca juga: Panglima TNI dan Kapolri Tinjau Pencarian Penumpang KM Sinar Bangun
TNI juga mengirimkan alat khusus dari Pusat Hidro-Oseanografi (Hidros) TNI AL untuk melihat dasar dan kontur permukaan Danau Toba. Alat itu diharapkan mampu menemukan lokasi persis tenggelamnya kapal.
Basarnas juga memperluas empat sektor pencarian korban tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Perairan Danau Toba hingga 10 kilometer dari lokasi perkiraan tenggelamnya kapal.
Sebab, Basarnas dan tim pencari lainnya belum menemukan korban lainnya.
"Kami lihat kalau belum ketemu tentu lebih diperluas lagi karena air ada arusnya. Kita punya perhitungan tersendiri, tetap dibagi ke dalam empat sektor dan dibagi di sekitar lokasi perkiraan tenggelamnya kapal, kita bagi 4 sektor sejauh 10 kilometer," kata Syaugi di Posko Terpadu Kecelakaan KM Sinar Bangun di Dermaga Tigaras, Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (21/6/2018).
Baca juga: KM Sinar Bangun Tak Miliki Manifes dan Surat Izin Berlayar
Sementara itu Kapolri Tito Karnavian juga menilai data yang hanya didapat dari satu sumber belum bisa dikatakan valid.
Ia memerintahkan jajaran Polres Simangulun dan Polres Samosir mencari sumber data alternatif untuk memastikan jumlah penumpang KM Sinar Bangun.
Ia menilai angka 184 korban hilang itu sebagai angka fantastis. Jumlah seluruh penumpang kapal tak pasti karena KM Sinar Bangun tak mengeluarkan tiket dan tak ada manifes penumpang.
Baca juga: Masih Trauma, Nakhoda KM Sinar Bangun Belum Bisa Diperiksa
Polisi juga akan menelusuri jumlah orang hilang berdasarkan data, laporan, dan perkiraan penumpang yang masuk ke Dermaga Tigaras.
Selain itu nahkoda juga akan diwawancarai terkait penarikan biaya terhadap penumpang, hingga proses pemberangkatan.
Â
Proses hukum dan evaluasi
Tito menegaskan, jika nanti terbukti kasus ini adalah perkara pidana, maka tidak hanya nakhoda kapal yang berpotensi menjadi tersangka, tetapi juga pejabat otoritas yang mengawasi.
"Saya tidak akan segan-segan untuk menindak. Jangan hanya kepada nakhoda, tetapi kepada sistem yang bertanggung jawab melaksanakan pengawasan," ungkap Tito.
Baca juga: Sihar Sitorus Sambangi Keluarga Korban KM Sinar Bangun
Kemenhub akan mengeluarkan surat edaran ke dinas perhubungan (dishub) di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
"Sebenarnya secara umum tata laksana (pelayaran) sudah ada tapi memang kita harus menekankan, sosialisasikan, dan mengajak semua stakeholder agar paham," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Posko Terpadu Kecelakaan KM Sinar Bangun di Dermaga Tigaras, Simalungun, Kamis (21/6/2018).
Budi mengakui baik dishub setempat dan pelaku pelayaran mengetahui tata laksana pelayaran, namun mereka terkadang enggan melaksanakan aturan itu dengan baik.
Baca juga: Beragam Peralatan Ini Digunakan Basarnas untuk Cari Korban KM Sinar Bangun
Ia menilai insiden ini menjadi pelajaran yang mahal bagi seluruh pihak terkait keselamatan pelayaran.
Ia pun meminta pejabat pemerintah daerah dan dinas perhubungan terkait untuk memperhatikan kelaikan dan aspek keselamatan kapal, seperti manifes hingga izin berlayar.
"Proses pendaftaran, pembuatan manifes, keharusan tidak melampaui batas itu menjadi suatu bagian yang harus dan jug surat izin berlayar harus ada setiap pelayaran berlangsung," kata dia.
Baca juga: Jokowi Sampaikan Duka Cita atas Musibah KM Sinar Bangun di Danau Toba
Selain mengeluarkan edaran, Kemenhub juga akan memperkuat pendidikan keselamatan bagi nahkoda. Sebab, nahkoda merupakan orang yang paling bertanggungjawab atas keselamatan di kapal.
"Kita akan tingkatkan pendidikan kepada nahkoda, karena nahkoda adalah pimpinan perjalanan. Yang bersangkutan harus tahu persis apa yang harus dilaksanakan," katanya.
Selain itu, pemerintah juga akan menggencarkan pembagian life jacket hingga 1-2 bulan ke depan kepada para pelaku pelayaran.
Baca juga: Keluarga Korban Kecewa Cara Kerja Tim Pencari Korban KM Sinar Bangun
Pemerintah juga tengah menanti pembangunan empat kapal dengan ukuran 300 gross tonnage (GT). Saat ini pemerintah sedang membangun 1 kapal, sementara 1 kapal lainnya menyusul.
Sejumlah pelaku usaha juga akan mendukung pembangunan dua kapal lainnya melalui program corporate social responsibility (CSR) perusahaan.
Jika sudah selesai, keempat kapal itu akan digunakan untuk mendukung operasional penyebrangan dan pariwisata di Danau Toba. Dengan daya tampung lebih besar, kapal-kapal itu bisa menggantikan kapal-kapal ilegal di sekitar danau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H